Minggu, 17 Juni 2012

The Last Hope Part 6


Fajar telah muncul. Oxi baru bisa tidur beberapa menit, ia sudah terbangun. Rasanya sangat malas untuk bangun. Pagi ini syuting sudah di mulai kembali. Ia harus bersiap. Manager membawakan sarapan khusus untuk Oxi. Sepertinya Manager Ma bisa menebak kalau Oxi pagi ini tak mau turun untuk makan pagi bersama. Setelah mandi dan bersiap, Oxi menghampiri Manager untuk makan paginya.
“ Terima kasih Manager,” ia tersenyum tipis.
“ Sama-sama. Kau masih tampak lelah. Apa kau baik-baik saja?”
“ Hm,.. tentu,” jawabnya sambil mengunyah sereal.
“ Aku tidak percaya. Sini kulihat,” tangannya meraih dahi Oxi. Dan terkejut mengetahui kalau ternyata Oxi agak panas.
“ Kau demam?”

“ Ah, sudahlah aku tak apa-apa. Hanya terlalu lelah.”
“ Aku buatkan madu hangat untukmu. Hari ini kau tidak boleh sakit. Ingat, jaga kesehatan ya?”
Manager Ma pergi hendak menyiapkan madu hangat untuk Oxi. Tapi Oxi mencegahnya dan meminta ice cream sebagai gantinya.
“ Manager, tunggu. Jangan madu hangat. Lebih baik ice cream, begitu terkena es panasku akan hilang.”
“ Kau ini. Teori dari mana itu? Hust! Sudah, harus madu hangat titik.”
Oxi akhirnya menurut.
Saat jam menunjukkan pukul 9, semua telah siap syuting akan dimulai. Tapi Oxi tak juga melihat Frans. Ia bertanya pada Sutradara Shin.
“ Sutradara, dimana Frans?”
“ Oh, Frans. Ia belum selesai. Masih memakai make up. Ia agak terlambat bangun pagi ini. Tunggulah kalau ingin melihat dia karena kamu terlebih dulu melakukan pengambilan gambar. Ayo siap-siap.”
“ Aku? Aku dulu?”
“ Iya, tentu. Siapa lagi?”
“ Baiklah. Hm, boleh aku bertanya?”
“ Apa? Katakan saja.”
“ Dimana Bryan?”
“ Ia di penginapan. Kelihatannya ia lelah sekali. Kemarin ia ke sini hanya untuk membantu mencarimu. Jadi jangan menghilang lagi ya?
“ Ok,” jawab Oxi.
Oxi melakukan pengambilan gambar dulu. Dan tak seberapa lama kemudian selesai. Ia melihat kembali hasil kerjanya. Sutradara cukup puas. Tapi Oxi masih belum puas. Ia harus berusaha lebih baik, ia tak ingin terlihat biasa saja di mata Frans. Ia minta diulangi dan diijinkan.
Saat Oxi mengulangi pengambilan gambar, Frans sudah selesai dan melihat aksinya. Begitu Sutradara kembali bilang ok, bagiannya berarti selesai. Frans tersenyum dan mengacungkan jempol padanya.
“ Kau hebat.”
“ Terima kasih. Sudah sana, giliranmu sekarang,” Oxi mendorong Frans pergi dan tersenyum-senyum.
Giliran Frans mengambil gambar, Oxi menontonnya sambil melongo. Frans begitu memukau. Dalam ekspresi sedihpun setampan ini. Apalagi melihat dia tersenyum, rasanya seperti melihat senyuman malaikat. Oxi menjadi sangat mengagumi Frans. Ia ingin seperti Frans. Menjadi bintang yang begitu bersinar saat meraih puncak popularitas. Ia tak ingin lagi berusaha hanya demi sejajar dengan Bryan. Ia akan berusaha untuk dirinya sendiri.
Tiba saatnya melakukan akting bersama Frans. Ia sedikit gugup. Tapi ia segera menyingkirkan perasaan gugup itu. Kalau ia gugup segalanya akan kacau, ia tak ingin itu terjadi. Syuting dimulai, awalnya akting mereka bagus. Sampai Frans mempengaruhi akting Oxi. Ia membawanya masuk ke ekspresi yang salah. Sutradara bilang cut.
“ Cut!”
“ Maaf-maaf,” kata Oxi meminta maaf.
“ Oxi, seharusnya kamu ini berekspresi senang bisa bersama-sama kakaknya. Bukannya seperti bersama kekasihmu. Ingat, itu kakakmu. Ayo ulangi.”
Oxi malu setengah mati. Seperti bersama kekasih? Ucapan Sutradara membuatnya kehilangan muka dihadapan Frans. Ia lalu sadar. Frans terlalu membawanya ke arah cinta, perhatiannya berlebihan. Ia harus bisa memposisikan diri sekarang. ia harus mencari feel seperti saat bahagianya bersama kakaknya sendiri.
Hidup berjuang seorang diri bersama kakak memang tak mudah. Suka duka mereka lalui berdua. Oxi ingat saat hari-hari sebelum ulang tahunnya kakaknya sering tak pulang. Katanya banyak pekerjaan, ternyata semua itu kakaknya kerjakan agar bisa membelikan kado untuk Oxi. Ia begitu bahagia sekaligus terharu saat itu. “Terharu”, yak betul ia juga harus menunjukkan kebahagiaannya dengan terharu. Dan akhirnya berhasil. Ekspresinya tepat. Frans bahkan sangat memuji Oxi. Ia berhasil memasuki karakternya.
Bryan mengamati kerja mereka lewat jendela kamarnya. Ia sangat cemburu melihat mereka berdua. Setelah pengambilan ini, ada jeda sedikit untuk mengumpulkan tenaga. Oxi sempat bicara pada Bryan yang keluar saat itu.
“ Cari kerang itu atau aku tak akan mau bicara denganmu lagi.”
“ Aku tidak butuh bicara denganmu. Ancamanmu tak akan berpengaruh.”
Padahal di sini Oxi berharap Bryan mau melakukannya dan dapat melihat kesungguhan Bryan. Sayang Bryan tak mau, karena ia menganggap hal itu berhubungan dengan Frans.
“Kau masih tak mau mencarinya? Ok, akan aku cari sendiri.”
Oxi berpaling dan pergi. Bryan menatapnya kesal. Oxi masih saja bersikeras. Bryan tak suka cara Oxi yang seperti ini. Bryan memutuskan untuk segera pergi dari sini. Ia sendiri tak mau lebih kena marah dari pihak syuting di lokasi yang berbeda.
Saat Bryan pergi ternyata Oxi nekad mencari kerang itu. Ia mencari tepat di tempat Bryan melemparnya. Tapi ia tak menemukannya, ia menyelam lagi. Ia tak bisa melihatnya dimana-mana. Ia lagi-lagi mengambil nafas panjang dan menyelam berkali-kali. Tak terasa ia terlalu lama menyelam. Kakinya tiba-tiba tak bisa digerakkan. Kakinya akhir-akhir ini sedikit bermasalah. Tapi karena kakinya kram, ia jadi tenggelam. Saat muncul ke permukaan ia berteriak minta tolong sambil melambaikan tangan. Tapi tak seorangpun mendengarnya. Semua ada di lokasi yang lumayan jaraknya dari sana. Oxi putus asa, mungkin  ini takdirnya untuk mati di sini. Ia mejamkan matanya dan mulai kehilangan kesadaran.
Saat terbangun matahari menyilaukan matanya. Ia terbatuk-batuk. Di sampingnya ada Frans. Frans yang telah menolongnya. Syukurlah ada Frans, kalau tidak ia tak tahu akan bagaimana jadinya. Ia terlalu lemah. Frans membawanya pergi dari situ agar segera mendapat pertolongan. Setelah keadaannya membaik, di sana ia melihat kru berkumpul. Mereka prihatin atas kejadian yang menimpa Oxi. Tapi Sutradara malah marah-marah. Dia bilang tindakan Oxi sangat tidak rasional.
“ Tindakanmu itu sangat tidak rasional, jauh dari kode etik profesional. Sebagai artis kau harus menjaga diri agar tidak sakit atau mengalami kejadian seperti itu. Kemarin kau juga menghilang begitu saja. Kau pikir ini permainanmu. Kau pikir tak ada yang mengkhawatirkanmu?”
Manager Ma berusaha menenangkan Sutradara Shin. Sebagian juga adalah salahnya. Ia kurang baik dalam mengurus artisnya. Kemarin Manager Ma malah ikut wisata padahal artisnya tidak ikut. Artisnya demam, tapi ia hanya diam saja. Dan saat artisnya tenggelam ia bukan orang pertama yang tahu. Ia menyalahkan dirinya sendiri.
Sutradara diam saja menanggapinya.
“ Aku tak mau hal ini terulang kembali.”
Ia lalu mundur membiarkan Oxi istirahat. Sebelum itu, Frans juga menanyakan keadaannya.
“ Bagaimana keadaanmu?”
“ Bisa kau lihat sendiri, aku seperti bayi. Tak bisa apa-apa selain menyusahkan kalian semua. Terimakasih Frans, kau mau menolongku. Kita tak sempat bicara setelah kejadian itu ( saat Frans dan Oxi bertemu Bryan). Maafkan aku. Dan...”
“ Sudah beristirahatlah. Cepat sembuh. Agar dapat segera kembali syuting.”
“ Hm, iya. Tunggu Frans, ada satu hal lagi. Kenapa ?” ( maksudnya kenapa Frans mengaku sebagai pacarnya saat di depan Bryan, ia hanya mengisyaratkan kenapa karena tak ingin Managernya tahu masalah itu)
“ Hanya ingin melindungi dan menolong teman. Aku pergi dulu, daaa...”
Oxi masih memikirkan Bryan, kenapa Bryan tak menolongnya. Bryan kan tahu kalau Oxi pergi mencari kerang itu. Sampai saat ini Bryan juga tak muncul. Oxi belum tahu kalau saat itu ternyata Bryan langsung pulang.
Setelah beberapa hari, keadaan Oxi membaik. Ini berkat Manager Ma dan Frans yang bersedia merawatnya. Hal ini membuat Oxi semakin dekat dengan Frans. Frans mengembalikan kerang itu. Ia bilang kalau ia mencarinya lagi setelah menyelamatkan Oxi. Syuting kembali dilanjutkan dan kali ini semuanya berjalan dengan lancar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar