Celaka! Setelah Bryan
berjalan jauh menyusuri pantai, akhirnya menemukan Oxi tapi dalam keadaan
bersama pria lain. Malahan sedang digendong. Bryan sangat kesal. Dia
menghampiri mereka. Ia menatap tajam mereka berdua. Oxi takut dan hanya
menyembunyikan wajahnya di balik bahu Frans.
“ Oxi!! Turun sekarang.”
perintah Bryan. Oxi menurut saja. Ia turun. Ia menatap Frans. Tapi Frans
sepertinya mengerti isyarat dari Oxi. Ia tahu keadaan mereka sekarang.
Bryan menarik Oxi dari
samping Frans, “ ayo ikut!”
“ Tidak! Ia akan tetap
bersamaku,” Frans kembali menarik Oxi.
“ Hei! Siapa kau ini?
Kau bukan siapa-siapa dalam urusan kami.”
“ Urusan? Urus di sini
sekarang juga!”
Ketegangan terjadi di
antara mereka. Oxi hilang nyali. Dua orang yang dekat dengannya sedang
bersitegang karenanya. Ia jadi frustasi. Jangan sampai mereka bertengkar.
“ Jangan ikut campur!
Memang kau ini pacarnya?”
“ Iya, aku pacarnya.
Urusannya urusanku juga. Kau ini temannya? Oh, teman yang tadi membuatnya sedih. Memangnya dia punya salah
apa?”
“ Hah! Tak mungkin. Oxi
takkan pernah memiliki pacar sepertimu.” ( “Karena selama ini ia adalah
pacarku. Dan aku satu-satunya miliknya,” katanya dalam hati) “Ia sedih ia marah
itu tak ada kaitannya denganku. Lebih baik kau menjauh.”
“ Tak akan aku biarkan
kau membawa Oxi, coba saja kalau berani.”
Bryan tertantang. “
Oxi, ayo pergi!” kini tangannya menarik Oxi dengan kuat.
“ Bryan cukup, aku akan
pergi. Tapi tak bersamamu. Aku akan pergi dengan Frans.”
Oxi kembali ke sisi
Frans dan menggandengnya pergi. Meninggalkan Bryan yang tercengang. Bryan tak
habis pikir, kenapa Oxi bisa begitu. Bryan hanya berniat membawa Oxi kembali.
Semua orang telah dibuatnya cemas tak terkecuali dirinya saat ini. Ternyata ia
pergi bersama pacarnya. Dan apakah itu pacarnya? Kenapa selama ini Oxi tak
bilang kalau dia telah memiliki pacar semenjak dekat dengannya. Hatinya begitu
terpukul melihat Oxi bersama orang lain.
***
Oxi
tiba di lokasi bersama Frans dan mereka masih bergandengan. Membuat yang lain
terheran-heran. Mana bisa Oxi kenal dengan Frans? Tapi semua rasa penasaran segera
tersingkir melihat Oxi benar-benar telah tiba. Orang yang selama ini mereka
khawatirkan dan cari-cari sudah ketemu. Mereka segera berhamburan menyambutnya.
Bryan yang berjalan belakangan juga sudah tiba. Ia merasa sangat cemburu
melihat Oxi ada di samping Frans. Ia pergi ke mobil dan tidak berkumpul dengan
yang lain. Ia melampiaskan kekesalannya di mobil. Ia memukul-mukul setir
kemudi.
Setelah kejadian itu
Oxi tak bisa tidur dengan tenang. Banyak pertanyaan yang ada dalam pikirannya. Kenapa
Bryan bisa ada di situ dan kenapa ia marah-marah seperti itu? Kenapa sekarang
ada Frans di sampingnya? Kenapa Frans mengaku jadi pacarnya di depan Bryan?
Kenapa ia lakukan itu? Dan KENAPA SEMUA INI TERJADI???
***
Sudah
larut, karena tetap tak bisa tidur. Oxi ingin keluar mencari udara segar. Saat
ini bulan sedang bersinar terang. Tak terlalu gelap untuk berjalan di pinggir
pantai. Angin dingin bagi Oxi tak ada apa-apanya. Tubuhnya serasa mati rasa.
Tak ada yang dapat ia rasakan selain rasa sedih. Ia berdiri di pinggir pantai
tepat di depan penginapannya. Ia sendirian. Bias-bias cahaya bulan yang
terpantul di air laut sanggat indah. Membuatnya hanya berdiri terkagum. Di
tangannya ada kerang pemberian Frans. Digenggamnya kerang itu dengan erat.
Tiba-tiba ada suara langkah
kaki di belakangnya. Ia tak mampu menoleh, dirinya sedang was-was sekarang. Ada
yang menggapai pundaknya sekarang. Tangan itu terasa dingin. Saat ini ia
mengira pasti sedang bertemu dengan hantu.
“ Oxi?” tanya hantu itu
pelan.
“ Kenapa?” tanya hantu itu
lagi.
“ Dia?” kini suaranya
sedikit mendesis.
Oxi masih ketakutan,
tubuhnya bergetar. Hantu ini bahkan tahu namanya. Suara ini tak asing baginya.
Ia berbalik. Dan terbelalak melihat siapa yang ada di belakangnya.
“ Bryan?” ia terkejut.
“ Oxi kenapa kau bisa
bersama dia?”
“ Frans, maksudmu?”
“ Aku tak peduli
namanya. Jawablah kenapa?”
“ Aku tak tahu, hanya
saja terjadi begitu saja.”
“ Apakah benar? Ada
sesuatu di antara kalian?”
“ Mana mungkin. Aku
baru mengenalnya.”
“ Tak terjadi apa-apa
antara kalian?”
“ Bryan cukup! Buat apa
kau bertanya seperti itu. Bukan urusanmu,” amarah Oxi meledak.
“ Kau tidak ingat?”
“ Apa?” Oxi berusaha
mengingat. Oh, janjinya pada Bryan. Ia akan terus setia pada Bryan. Buat apa
lagi janji itu? Oxi menganggapnya hilang seiring langkah Bryan yang jauh.
“ Itu semua tak ada
artinya lagi,” kata Oxi.
“ Xi?”
“ Kau sendiri yang
membuatnya lenyap.”
“ Tidak. Kau tidak
terlalu sabar. Aku mohon tunggu, tapi kau tak bisa menungguku.”
“ Sabar kau bilang! Kau
tahu selama ini apa? Cukup sabar aku menerima perlakuanmu. Cukup sabar untuk
mengesampingkan diriku. Cukup sabar bila kau mulai mengabaikanku. Cukup sabar
Bryan, kau tahu itu?” Air matanya berlinang sekarang.
“ Kalau maksudmu
begitu, aku tahu Oxi. Sungguh aku tahu. Hanya saja aku tak bisa mengatakannya.
Setiap kali aku melihatmu, terlebih saat sedih, aku tak bisa bergerak, tak ada
yang bisa aku lakukan untukmu. Apa yang ada dihatiku tak bisa aku ungkapkan
dengan sikapku. Sepertinya tidak bisa. Mengertilah, aku mohon.”
“ Begitukah? Harapan yang
kau beri sampai sekarang ini apa artinya? Dan satu hal lagi. Selama ini kau
menganggap aku apa?”
Bryan membatu. Ia tak
bergerak sedikitpun. Dan tak bisa berkata apa-apa.
“ Bagus. Kalau itu
jawabanmu,” Oxi kecewa Bryan tak mengatakan sepatah katapun.
“ Kau tak mencegahku
pergi sekarang. Aku akan pergi dari diriku yang dulu. Yang dengan bodohnya mencintaimu.”
Oxi terisak, ia hendak
kembali ke dalam. Saat ia mulai berjalan Bryan menariknya dan memeluknya. Dalam
pelukan Bryan tangisnya semakin menjadi. Ia merasa hati Bryan masih saja tetap
dingin padanya. Tak ada gunanya terus mencintainya, karena Bryan tak memberi
kepastian. Hanya satu kata yang harus dikatakan Bryan, “ ya” atau “tidak”.
Apakah cukup sulit. Ia tak meminta lebih dari jawaban itu. Ia tak mengharap
terus di sisinya ataupun dilindunginya.
“ Jangan pergi dariku.
Aku mohon.”
“ Kau mencegahku pergi,
apakah ini sungguhan?”
Saat Bryan meraih
tangan Oxi, ada kerang di genggaman Oxi. Ini membuat satu lagi yang membuat
hati Bryan mengganjal. Terlebih ia benci kerang ataupun hewan laut sejenisnya.
“ Ini darinya?”
mengambil kerang itu.
“ Lupakan dia.” Dibuang
kerang itu kembali ke laut.
Oxi marah melihatnya.
“ Apa yang kau
lakukan?”
“ Tentu saja
membuangnya. Lupakan dia, Xi?”
“ Kau tak tahu apa-apa tentang
dia. Dia terlalu baik.”
“ Lagi-lagi dia, ha?”
“ Siapa yang kau panggil dia? Namanya FRANS.
APA KAU MENGERTI?”
“ Kau ini,.... Ah!
Percuma saja aku meyakinkanmu! Sial!” Bryan sangat kesal.
“ Terserah apa katamu.
Kenapa kau terus bicara ini itu, melarangku ini itu, memintaku ini itu. Ini
bukan hanya karena kau Bryan, ada juga hatiku dan perasaanku. Apa kau tak tahu
itu?”
“ Jadi kau lebih
memilih dia daripada aku?” Bryan melotot.
“ Bukan masalah
memilih, apa aku tak boleh berteman? Kulihat kau berteman dengan gadis-gadis
bodoh itu. Kau pikir aku tak tahu itu?”
“ Aaarrrghhh! Terserah.
Aku tak peduli.” Bryan pergi begitu saja.
Oxi sendiri langsung
meringkuk duduk dan menangis. Baru saja harapan itu muncul tapi sifat posesif
Bryan merusak segalanya. Tak bisakah ia menerima Frans sebagai teman Oxi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar