Minggu, 17 Juni 2012

The Last Hope Part 5


Celaka! Setelah Bryan berjalan jauh menyusuri pantai, akhirnya menemukan Oxi tapi dalam keadaan bersama pria lain. Malahan sedang digendong. Bryan sangat kesal. Dia menghampiri mereka. Ia menatap tajam mereka berdua. Oxi takut dan hanya menyembunyikan wajahnya di balik bahu Frans.
“ Oxi!! Turun sekarang.” perintah Bryan. Oxi menurut saja. Ia turun. Ia menatap Frans. Tapi Frans sepertinya mengerti isyarat dari Oxi. Ia tahu keadaan mereka sekarang.
Bryan menarik Oxi dari samping Frans, “ ayo ikut!”
“ Tidak! Ia akan tetap bersamaku,” Frans kembali menarik Oxi.
“ Hei! Siapa kau ini? Kau bukan siapa-siapa dalam urusan kami.”
“ Urusan? Urus di sini sekarang juga!”

Ketegangan terjadi di antara mereka. Oxi hilang nyali. Dua orang yang dekat dengannya sedang bersitegang karenanya. Ia jadi frustasi. Jangan sampai mereka bertengkar.
“ Jangan ikut campur! Memang kau ini pacarnya?”
“ Iya, aku pacarnya. Urusannya urusanku juga. Kau ini temannya? Oh, teman yang tadi  membuatnya sedih. Memangnya dia punya salah apa?”
“ Hah! Tak mungkin. Oxi takkan pernah memiliki pacar sepertimu.” ( “Karena selama ini ia adalah pacarku. Dan aku satu-satunya miliknya,” katanya dalam hati) “Ia sedih ia marah itu tak ada kaitannya denganku. Lebih baik kau menjauh.”
“ Tak akan aku biarkan kau membawa Oxi, coba saja kalau berani.”
Bryan tertantang. “ Oxi, ayo pergi!” kini tangannya menarik Oxi dengan kuat.
“ Bryan cukup, aku akan pergi. Tapi tak bersamamu. Aku akan pergi dengan Frans.”
Oxi kembali ke sisi Frans dan menggandengnya pergi. Meninggalkan Bryan yang tercengang. Bryan tak habis pikir, kenapa Oxi bisa begitu. Bryan hanya berniat membawa Oxi kembali. Semua orang telah dibuatnya cemas tak terkecuali dirinya saat ini. Ternyata ia pergi bersama pacarnya. Dan apakah itu pacarnya? Kenapa selama ini Oxi tak bilang kalau dia telah memiliki pacar semenjak dekat dengannya. Hatinya begitu terpukul melihat Oxi bersama orang lain.
***
            Oxi tiba di lokasi bersama Frans dan mereka masih bergandengan. Membuat yang lain terheran-heran. Mana bisa Oxi kenal dengan Frans? Tapi semua rasa penasaran segera tersingkir melihat Oxi benar-benar telah tiba. Orang yang selama ini mereka khawatirkan dan cari-cari sudah ketemu. Mereka segera berhamburan menyambutnya. Bryan yang berjalan belakangan juga sudah tiba. Ia merasa sangat cemburu melihat Oxi ada di samping Frans. Ia pergi ke mobil dan tidak berkumpul dengan yang lain. Ia melampiaskan kekesalannya di mobil. Ia memukul-mukul setir kemudi.
Setelah kejadian itu Oxi tak bisa tidur dengan tenang. Banyak pertanyaan yang ada dalam pikirannya. Kenapa Bryan bisa ada di situ dan kenapa ia marah-marah seperti itu? Kenapa sekarang ada Frans di sampingnya? Kenapa Frans mengaku jadi pacarnya di depan Bryan? Kenapa ia lakukan itu? Dan KENAPA SEMUA INI TERJADI???
***
            Sudah larut, karena tetap tak bisa tidur. Oxi ingin keluar mencari udara segar. Saat ini bulan sedang bersinar terang. Tak terlalu gelap untuk berjalan di pinggir pantai. Angin dingin bagi Oxi tak ada apa-apanya. Tubuhnya serasa mati rasa. Tak ada yang dapat ia rasakan selain rasa sedih. Ia berdiri di pinggir pantai tepat di depan penginapannya. Ia sendirian. Bias-bias cahaya bulan yang terpantul di air laut sanggat indah. Membuatnya hanya berdiri terkagum. Di tangannya ada kerang pemberian Frans. Digenggamnya kerang itu dengan erat.
Tiba-tiba ada suara langkah kaki di belakangnya. Ia tak mampu menoleh, dirinya sedang was-was sekarang. Ada yang menggapai pundaknya sekarang. Tangan itu terasa dingin. Saat ini ia mengira pasti sedang bertemu dengan hantu.
“ Oxi?” tanya hantu itu pelan.
“ Kenapa?” tanya hantu itu lagi.
“ Dia?” kini suaranya sedikit mendesis.
Oxi masih ketakutan, tubuhnya bergetar. Hantu ini bahkan tahu namanya. Suara ini tak asing baginya. Ia berbalik. Dan terbelalak melihat siapa yang ada di belakangnya.
“ Bryan?” ia terkejut.
“ Oxi kenapa kau bisa bersama dia?”
“ Frans, maksudmu?”
“ Aku tak peduli namanya. Jawablah kenapa?”
“ Aku tak tahu, hanya saja terjadi begitu saja.”
“ Apakah benar? Ada sesuatu di antara kalian?”
“ Mana mungkin. Aku baru mengenalnya.”
“ Tak terjadi apa-apa antara kalian?”
“ Bryan cukup! Buat apa kau bertanya seperti itu. Bukan urusanmu,” amarah Oxi meledak.
“ Kau tidak ingat?”
“ Apa?” Oxi berusaha mengingat. Oh, janjinya pada Bryan. Ia akan terus setia pada Bryan. Buat apa lagi janji itu? Oxi menganggapnya hilang seiring langkah Bryan yang jauh.
“ Itu semua tak ada artinya lagi,” kata Oxi.
“ Xi?”
“ Kau sendiri yang membuatnya lenyap.”
“ Tidak. Kau tidak terlalu sabar. Aku mohon tunggu, tapi kau tak bisa menungguku.”
“ Sabar kau bilang! Kau tahu selama ini apa? Cukup sabar aku menerima perlakuanmu. Cukup sabar untuk mengesampingkan diriku. Cukup sabar bila kau mulai mengabaikanku. Cukup sabar Bryan, kau tahu itu?” Air matanya berlinang sekarang.
“ Kalau maksudmu begitu, aku tahu Oxi. Sungguh aku tahu. Hanya saja aku tak bisa mengatakannya. Setiap kali aku melihatmu, terlebih saat sedih, aku tak bisa bergerak, tak ada yang bisa aku lakukan untukmu. Apa yang ada dihatiku tak bisa aku ungkapkan dengan sikapku. Sepertinya tidak bisa. Mengertilah, aku mohon.”
“ Begitukah? Harapan yang kau beri sampai sekarang ini apa artinya? Dan satu hal lagi. Selama ini kau menganggap aku apa?”
Bryan membatu. Ia tak bergerak sedikitpun. Dan tak bisa berkata apa-apa.
“ Bagus. Kalau itu jawabanmu,” Oxi kecewa Bryan tak mengatakan sepatah katapun.
“ Kau tak mencegahku pergi sekarang. Aku akan pergi dari diriku yang dulu. Yang dengan  bodohnya mencintaimu.”
Oxi terisak, ia hendak kembali ke dalam. Saat ia mulai berjalan Bryan menariknya dan memeluknya. Dalam pelukan Bryan tangisnya semakin menjadi. Ia merasa hati Bryan masih saja tetap dingin padanya. Tak ada gunanya terus mencintainya, karena Bryan tak memberi kepastian. Hanya satu kata yang harus dikatakan Bryan, “ ya” atau “tidak”. Apakah cukup sulit. Ia tak meminta lebih dari jawaban itu. Ia tak mengharap terus di sisinya ataupun dilindunginya.
“ Jangan pergi dariku. Aku mohon.”
“ Kau mencegahku pergi, apakah ini sungguhan?”
Saat Bryan meraih tangan Oxi, ada kerang di genggaman Oxi. Ini membuat satu lagi yang membuat hati Bryan mengganjal. Terlebih ia benci kerang ataupun hewan laut sejenisnya.
“ Ini darinya?” mengambil kerang itu.
“ Lupakan dia.” Dibuang kerang itu kembali ke laut.
Oxi marah melihatnya.
“ Apa yang kau lakukan?”
“ Tentu saja membuangnya. Lupakan dia, Xi?”
“ Kau tak tahu apa-apa tentang dia. Dia terlalu baik.”
“ Lagi-lagi dia, ha?”
 “ Siapa yang kau panggil dia? Namanya FRANS. APA KAU MENGERTI?”
“ Kau ini,.... Ah! Percuma saja aku meyakinkanmu! Sial!” Bryan sangat kesal.
“ Terserah apa katamu. Kenapa kau terus bicara ini itu, melarangku ini itu, memintaku ini itu. Ini bukan hanya karena kau Bryan, ada juga hatiku dan perasaanku. Apa kau tak tahu itu?”
“ Jadi kau lebih memilih dia daripada aku?” Bryan melotot.
“ Bukan masalah memilih, apa aku tak boleh berteman? Kulihat kau berteman dengan gadis-gadis bodoh itu. Kau pikir aku tak tahu itu?”
“ Aaarrrghhh! Terserah. Aku tak peduli.” Bryan pergi begitu saja.
Oxi sendiri langsung meringkuk duduk dan menangis. Baru saja harapan itu muncul tapi sifat posesif Bryan merusak segalanya. Tak bisakah ia menerima Frans sebagai teman Oxi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar