Minggu, 17 Juni 2012

The Last Hope Part 2


The Last Hope
Hari pertama syuting, Oxi masih bertengkar dengan Bryan. Hanya karena masalah yang lalu, Oxi kesal setengah mati. Perkataan Bryan yang menyebutkan dirinya yang suka mencampuri urusan orang lain dan berniat menusuknya dari belakang benar-benar membuatnya sakit hati. Ia ingin Bryan minta maaf atas tuduhannya yang tak terbukti itu. Ia bisa bermain dalam film ini karena Presdir melihat kemampuannya bukan seperti dugaan Bryan kalau dia sengaja menghasut Presdir. Tapi lagi-lagi Bryan membuatnya tambah kesal dengan mengejek aktingnya setara kualitas pemain kelas tiga yang sama sekali tidak bagus. Perang dingin tak terhindarkan. Sampai akhirnya mereka tak mau memandang satu sama lain. Satu akan buang muka bila bertemu, dan satunya akan acuh seakan tidak melihat  siapapun. Suasana tegang  jadi meliputi seluruh kru.
Pertengkaran mereka telah membawa dampak yang besar. Manager mereka masing-masing jadi pusing tujuh keliling. Manager Ma adalah  Manager Oxi dan Manager Ok adalah Manager Bryan. Mereka sependapat kalau artisnya itu harus bersikap profesional bukannya kekanakan seperti ini. Semua orang di sana juga berharap mereka segera berbaikan agar dapat melanjutkan syuting. Sebenarnya saat mereka beradegan solo semua baik-baik saja, tapi setelah dipertemukan tak ada yang mau berakting sesuai alur cerita. Mereka mematung. Malah saling lempar pandangan mencela lalu saling adu mulut.
Syuting dihentikan sementara, karena situasi belum juga membaik. Manager mereka menasehati artisnya masing-masing.
“ Xi, kau harusnya mengalah saja, jangan keras kepala. Dengan kau tetap bersikeras agar dia mau minta maaf padamu akan membuat semua berantakan.”
“ Tak mungkin segampang itu, dia sudah kelewatan, aku tidak akan memaafkan dia begitu saja.”
“ Setidaknya kau harus profesional, jangan bawa-bawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan. Bisa kacau semuanya nanti.”
Berpikir sejenak, lalu ia menjawab, “ hm, mungkin ada benarnya juga.”
“ Berbaikanlah dengannya.”
“ Ouh, buat berbaikan aku pikir-pikir dulu. Aku hanya bisa tolelir saat akting, selebihnya tak akan!”
            Di sisi lain, Bryan juga tengah dinasehati sang Manager.
“ Aku tahu aku harus bersikap profesional. Oke fine, aku akan lanjutkan syuting.”
“ Selesaikan masalahmu sekarang. Harusnya kau mau minta maaf.”                 
“ Dia seharusnya bisa terima. Itu tidak akan memjatuhkan harga dirinya kan? Aku tak akan minta maaf. Titik!”
“ Kau kan  laki-laki,  jadilah seorang yang gentle. Masa minta maaf saja tidak mampu. Apa kata dunia?”
“ Bukan masalah gentle atau tidak, masalahnya dia yang keras kepala.”
“ Kau yang sudah menyakiti hatinya. Gila benar kalau kau benar-benar mengucapkan kata-kata itu. Dia hanya seorang perempuan, hatinya sangat sensitif.”
“ Sikapnya yang mencampuri urusan orang lain itu tidak bisa dibenarkan.”
“ Dia teman dekatmu bukan? Wajar kalau dia peduli dan membantu kamu.”
“ Membantu? Bukannya membantu. Itu namanya menjatuhkan. Apalagi di depan Presdir.”
“ Sudahlah urus urusanmu sendiri. Kalau masalah ini masih dibawa-bawa saat syuting nanti, aku tidak akan memaafkanmu. Kau sebagai laki-laki harus bertanggung jawab harus profesional.”
“ Iya iya, ah kau mulai berkhutbah.”
***
Flashback sejenak.
Oxi tengah berbicara dengan Presdir di ruangan Presdir.
“ Aku tahu Presdir. Tapi akan berusaha. Aku tak mungkin selamanya berdiri dalam bayang-bayang Bryan. Aku harus berdiri sejajar dengannya,” ucap Oxi.
“ Nah, itu baru benar. Kulihat kemampuanmu juga lumayan. Bagaimana dengan tawaranku?”
“ Tentu aku bersedia bermain di The Last Hope, aku akan berusaha semaksimal mungkin.”
“ Hebat hebat! Aku yakin kau pasti bisa. Kulihat kau ini memang seorang yang unik. Tak seperti banyak bintang lain. Bryan, ya Bryan itu masih baru tapi dia suka bertingkah seenaknya.”
“ Bryan memang begitu, dia suka melakukan segala hal sesuai keinginannya sendiri. Dia agak manja, keras kepala, menyebalkan. Sulit dipercaya ia bisa bertahan di dunia hiburan ini,” tutur Oxi panjang lebar.
Tapi saat itu di luar ruangan Bryan mendengar percakapan antara Presdir dan Oxi. Mulanya dia ingin ke ruang Presdir untuk membicarakan proyek syutingnya untuk The Last Hope. Ia sudah menerima peran itu. Tapi kini ia berubah pikiran. Mendengar Oxi bicara seperti itu, ia jadi marah. Bisa-bisanya Oxi melakukan itu padanya. Ia tak menyangka Oxi yang selama ini berdiri di belakangnya hanya ingin menusuknya dari belakang. Apalagi ia sedang menghasut Presdir. Bryan secepatnya pergi dari tempat itu.
“ Tapi itu semua tak benar. Ia sudah berubah. Sifatnya jauh lebih baik. Dia suka membantu, ramah, pekerja keras, dan dia sekarang tak lagi keras kepala. Aku yakin sekarang dia mampu bertahan di dunia ini dan terus bersinar.”
“ Apa itu benar? Kulihat tempramennya sangat buruk,” sahut Presdir.
“ Sekarang ia tak seperti itu lagi. Aku jamin. Ia begitu mungkin hanya ia terlalu lelah.”
Tak disangka Oxi bukannya menjatuhkan Bryan di depan Presdir, dia membelanya dan menepis keraguan Presdir. Tapi Bryan telah salah paham akan hal ini. Bryan tidak mendengarnya sampai selesai. Ia salah mengambil kesimpulan.
***
            Syuting kembali dimulai. Pertama, adegan Bryan bicara dengan mawar yang ia rawat. Kemudian, Oxi datang memberitahunya bahwa Lily, pacar Bryan, sudah meninggal dua minggu yang lalu. Bryan sangat terpukul, padahal ia pergi sementara hanya untuk memenuhi keinginan terakhir Lily yaitu melihat 101 jenis bunga di taman bersama Bryan. Dan Bryan bersusah payah memenuhi keinginannya, ia mencari berbagai bunga di berbagai tempat, membuat taman, dan merawat sendiri bunga-bunga itu. Sampai akhirnya bunga terakhir adalah bunga mawar yang masih kuncup, ia menunggunya sampai mekar dulu lalu berniat membawa Lily ke sini. Suasana haru menyelimuti mereka. Akting mereka begitu memukau hingga membuat siapa saja terbawa.
“ Cut! Yak, bagus. Kenapa tidak  dari tadi kalian seperti ini?”
Semua sangat puas dengan kinerja dua artis muda ini. Tapi dalam hati mereka berdua menganggap cerita ini begitu konyol. Mana ada film yang di episode pertamanya ada seorang tokoh penting yang meninggal. Tapi setelah ini, Bryan dan Oxi disatukan dengan cerita yang romantis, tetap saja pada akhirnya hubungan mereka tak akan berhasil. Dalam cerita setelah Lily meninggal, Bryan semakin dekat dengan tokoh sahabatnya yang diperankan Oxi. Mereka sempat pacaran sampai akhirnya Oxi pergi mencari kakaknya yang selama ini hilang. Karena ini keinginan terakhir ibunya. Bryan yang ditinggalkan tentunya tidak tinggal diam. Ia berjuang sendiri mencari Oxi. Tapi kecelakaan merenggut nyawanya. Keinginan terakhirnya ialah bisa membuat Oxi kembali ke sisinya. Tapi percuma saja, Oxi tak pernah terlihat kembali.
Setelah menyelesaikan bagian itu, Oxi bergegas menuju ruangnya. Jangan sampai ia lama-lama melihat Bryan. Bisa-bisa ia mati kesal. Cukup bertemu saat pengambilan gambar. Selebihnya tidak usah. Bryan sendiri tak terlalu mempedulikan Oxi. Oxi mau ini itu bukan urusannya. Ia tak mau menjilat lagi ludahnya. Dulu ia pernah mengatakan kalau Oxi tidak boleh mencampuri urusannya lagi, dan otomatis itu juga berlaku padanya. Dengan kata lain, Bryan tak akan mencampuri segala urusan Oxi. Baginya apa yang sudah ia katakan adalah yang paling benar. Ia memang suka menomor satukan harga dirinya sendiri dan mudah menganggap orang lain lebih rendah darinya.
Keesokan harinya, mereka syuting di dua lokasi yang berbeda. Oxi pergi ke pantai untuk beradegan sedang mencari kakaknya yang telah lama hilang dan baru saja ditemukan jejaknya.  Sedangkan Bryan ada di sebuah resort bersama Rose pemeran Lily untuk mengambil adegan dimana Lily belum meninggal. Sungguh tidak adil memang, Oxi harus berjuang sendirian. Bryan malah bersama Rose beradegan romantis. Hanya saja dengan begini mereka tak perlu memiliki beban pikiran saat bertemu satu sama lain. Tapi sebenarnya untung bagi Oxi dan sebaliknya bagi Bryan. Oxi bisa menyelesaikan adegannya dengan cepat dan tepat, sementara Bryan harus mengulang terus karena ia tidak bisa fokus. Di pikirannya hanya tertuju pada Oxi, ia merindukan kehadiran gadis itu. Ia tak bisa menghayati perannya karena hatinya sedang tak karuan. Bryan memang munafik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar