The
Last Hope
Hari pertama syuting,
Oxi masih bertengkar dengan Bryan. Hanya karena masalah yang lalu, Oxi kesal
setengah mati. Perkataan Bryan yang menyebutkan dirinya yang suka mencampuri
urusan orang lain dan berniat menusuknya dari belakang benar-benar membuatnya
sakit hati. Ia ingin Bryan minta maaf atas tuduhannya yang tak terbukti itu. Ia
bisa bermain dalam film ini karena Presdir melihat kemampuannya bukan seperti
dugaan Bryan kalau dia sengaja menghasut Presdir. Tapi lagi-lagi Bryan
membuatnya tambah kesal dengan mengejek aktingnya setara kualitas pemain kelas
tiga yang sama sekali tidak bagus. Perang dingin tak terhindarkan. Sampai
akhirnya mereka tak mau memandang satu sama lain. Satu akan buang muka bila
bertemu, dan satunya akan acuh seakan tidak melihat siapapun. Suasana tegang jadi meliputi seluruh kru.
Pertengkaran mereka
telah membawa dampak yang besar. Manager mereka masing-masing jadi pusing tujuh
keliling. Manager Ma adalah Manager Oxi
dan Manager Ok adalah Manager Bryan. Mereka sependapat kalau artisnya itu harus
bersikap profesional bukannya kekanakan seperti ini. Semua orang di sana juga
berharap mereka segera berbaikan agar dapat melanjutkan syuting. Sebenarnya
saat mereka beradegan solo semua baik-baik saja, tapi setelah dipertemukan tak
ada yang mau berakting sesuai alur cerita. Mereka mematung. Malah saling lempar
pandangan mencela lalu saling adu mulut.
Syuting dihentikan
sementara, karena situasi belum juga membaik. Manager mereka menasehati
artisnya masing-masing.
“ Xi, kau harusnya
mengalah saja, jangan keras kepala. Dengan kau tetap bersikeras agar dia mau
minta maaf padamu akan membuat semua berantakan.”
“ Tak mungkin segampang
itu, dia sudah kelewatan, aku tidak akan memaafkan dia begitu saja.”
“ Setidaknya kau harus
profesional, jangan bawa-bawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan. Bisa kacau
semuanya nanti.”
Berpikir sejenak, lalu
ia menjawab, “ hm, mungkin ada benarnya juga.”
“ Berbaikanlah dengannya.”
“ Ouh, buat berbaikan
aku pikir-pikir dulu. Aku hanya bisa tolelir saat akting, selebihnya tak akan!”
Di
sisi lain, Bryan juga tengah dinasehati sang Manager.
“ Aku tahu aku harus
bersikap profesional. Oke fine, aku akan lanjutkan syuting.”
“
Selesaikan masalahmu sekarang. Harusnya kau mau minta maaf.”
“ Dia seharusnya bisa
terima. Itu tidak akan memjatuhkan harga dirinya kan? Aku tak akan minta maaf.
Titik!”
“ Kau kan laki-laki,
jadilah seorang yang gentle. Masa minta maaf saja tidak mampu. Apa kata
dunia?”
“ Bukan masalah gentle
atau tidak, masalahnya dia yang keras kepala.”
“ Kau yang sudah
menyakiti hatinya. Gila benar kalau kau benar-benar mengucapkan kata-kata itu.
Dia hanya seorang perempuan, hatinya sangat sensitif.”
“ Sikapnya yang mencampuri
urusan orang lain itu tidak bisa dibenarkan.”
“ Dia teman dekatmu
bukan? Wajar kalau dia peduli dan membantu kamu.”
“ Membantu? Bukannya
membantu. Itu namanya menjatuhkan. Apalagi di depan Presdir.”
“ Sudahlah urus
urusanmu sendiri. Kalau masalah ini masih dibawa-bawa saat syuting nanti, aku
tidak akan memaafkanmu. Kau sebagai laki-laki harus bertanggung jawab harus
profesional.”
“ Iya iya, ah kau mulai
berkhutbah.”
***
Flashback sejenak.
Oxi tengah berbicara
dengan Presdir di ruangan Presdir.
“ Aku tahu Presdir.
Tapi akan berusaha. Aku tak mungkin selamanya berdiri dalam bayang-bayang
Bryan. Aku harus berdiri sejajar dengannya,” ucap Oxi.
“ Nah, itu baru benar.
Kulihat kemampuanmu juga lumayan. Bagaimana dengan tawaranku?”
“ Tentu aku bersedia bermain
di The Last Hope, aku akan berusaha semaksimal mungkin.”
“ Hebat hebat! Aku
yakin kau pasti bisa. Kulihat kau ini memang seorang yang unik. Tak seperti
banyak bintang lain. Bryan, ya Bryan itu masih baru tapi dia suka bertingkah
seenaknya.”
“ Bryan memang begitu,
dia suka melakukan segala hal sesuai keinginannya sendiri. Dia agak manja,
keras kepala, menyebalkan. Sulit dipercaya ia bisa bertahan di dunia hiburan
ini,” tutur Oxi panjang lebar.
Tapi saat itu di luar
ruangan Bryan mendengar percakapan antara Presdir dan Oxi. Mulanya dia ingin ke
ruang Presdir untuk membicarakan proyek syutingnya untuk The Last Hope. Ia
sudah menerima peran itu. Tapi kini ia berubah pikiran. Mendengar Oxi bicara
seperti itu, ia jadi marah. Bisa-bisanya Oxi melakukan itu padanya. Ia tak
menyangka Oxi yang selama ini berdiri di belakangnya hanya ingin menusuknya
dari belakang. Apalagi ia sedang menghasut Presdir. Bryan secepatnya pergi dari
tempat itu.
“ Tapi itu semua tak
benar. Ia sudah berubah. Sifatnya jauh lebih baik. Dia suka membantu, ramah,
pekerja keras, dan dia sekarang tak lagi keras kepala. Aku yakin sekarang dia
mampu bertahan di dunia ini dan terus bersinar.”
“ Apa itu benar?
Kulihat tempramennya sangat buruk,” sahut Presdir.
“ Sekarang ia tak
seperti itu lagi. Aku jamin. Ia begitu mungkin hanya ia terlalu lelah.”
Tak disangka Oxi
bukannya menjatuhkan Bryan di depan Presdir, dia membelanya dan menepis
keraguan Presdir. Tapi Bryan telah salah paham akan hal ini. Bryan tidak
mendengarnya sampai selesai. Ia salah mengambil kesimpulan.
***
Syuting
kembali dimulai. Pertama, adegan Bryan bicara dengan mawar yang ia rawat.
Kemudian, Oxi datang memberitahunya bahwa Lily, pacar Bryan, sudah meninggal
dua minggu yang lalu. Bryan sangat terpukul, padahal ia pergi sementara hanya
untuk memenuhi keinginan terakhir Lily yaitu melihat 101 jenis bunga di taman
bersama Bryan. Dan Bryan bersusah payah memenuhi keinginannya, ia mencari
berbagai bunga di berbagai tempat, membuat taman, dan merawat sendiri
bunga-bunga itu. Sampai akhirnya bunga terakhir adalah bunga mawar yang masih
kuncup, ia menunggunya sampai mekar dulu lalu berniat membawa Lily ke sini.
Suasana haru menyelimuti mereka. Akting mereka begitu memukau hingga membuat
siapa saja terbawa.
“ Cut! Yak, bagus.
Kenapa tidak dari tadi kalian seperti
ini?”
Semua sangat puas
dengan kinerja dua artis muda ini. Tapi dalam hati mereka berdua menganggap
cerita ini begitu konyol. Mana ada film yang di episode pertamanya ada seorang
tokoh penting yang meninggal. Tapi setelah ini, Bryan dan Oxi disatukan dengan
cerita yang romantis, tetap saja pada akhirnya hubungan mereka tak akan
berhasil. Dalam cerita setelah Lily meninggal, Bryan semakin dekat dengan tokoh
sahabatnya yang diperankan Oxi. Mereka sempat pacaran sampai akhirnya Oxi pergi
mencari kakaknya yang selama ini hilang. Karena ini keinginan terakhir ibunya. Bryan
yang ditinggalkan tentunya tidak tinggal diam. Ia berjuang sendiri mencari Oxi.
Tapi kecelakaan merenggut nyawanya. Keinginan terakhirnya ialah bisa membuat
Oxi kembali ke sisinya. Tapi percuma saja, Oxi tak pernah terlihat kembali.
Setelah menyelesaikan
bagian itu, Oxi bergegas menuju ruangnya. Jangan sampai ia lama-lama melihat
Bryan. Bisa-bisa ia mati kesal. Cukup bertemu saat pengambilan gambar.
Selebihnya tidak usah. Bryan sendiri tak terlalu mempedulikan Oxi. Oxi mau ini
itu bukan urusannya. Ia tak mau menjilat lagi ludahnya. Dulu ia pernah
mengatakan kalau Oxi tidak boleh mencampuri urusannya lagi, dan otomatis itu
juga berlaku padanya. Dengan kata lain, Bryan tak akan mencampuri segala urusan
Oxi. Baginya apa yang sudah ia katakan adalah yang paling benar. Ia memang suka
menomor satukan harga dirinya sendiri dan mudah menganggap orang lain lebih
rendah darinya.
Keesokan harinya,
mereka syuting di dua lokasi yang berbeda. Oxi pergi ke pantai untuk beradegan
sedang mencari kakaknya yang telah lama hilang dan baru saja ditemukan
jejaknya. Sedangkan Bryan ada di sebuah
resort bersama Rose pemeran Lily untuk mengambil adegan dimana Lily belum
meninggal. Sungguh tidak adil memang, Oxi harus berjuang sendirian. Bryan malah
bersama Rose beradegan romantis. Hanya saja dengan begini mereka tak perlu
memiliki beban pikiran saat bertemu satu sama lain. Tapi sebenarnya untung bagi
Oxi dan sebaliknya bagi Bryan. Oxi bisa menyelesaikan adegannya dengan cepat
dan tepat, sementara Bryan harus mengulang terus karena ia tidak bisa fokus. Di
pikirannya hanya tertuju pada Oxi, ia merindukan kehadiran gadis itu. Ia tak
bisa menghayati perannya karena hatinya sedang tak karuan. Bryan memang
munafik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar