Minggu, 17 Juni 2012

Indisch Pearl School ( Love Story ) Part 3


“Pak, titip sepedanya, ya?” kata Nadia pada penjaga sekolah sambil meletakkan sepeda lalu berlari masuk bus tanpa mendengar keluh dari penjaga sekolah.
            Nadia bergegas mencari tempat duduk. Diselusurinya bus dari depan sampai belakang. Terdengar suara-suara protes atas keterlambatannya. Salah satu yang terdengar ialah seorang dari mereka yang berkata, “emang kamu ini siapa? Membuat orang menunggu.....” dia juga menangkap pandangan-pandangan mata yang mencemooh dirinya. Dengan nafas masih terengah-engah ia duduk di kursi paling belakang karena semua kursi telah penuh. Setelah duduk, satu per satu bus terlihat mulai berangkat. Tak lupa dengan makanan yang dibawanya, ia langsung menyantapnya.


Malang, 10 Juli 2012              
Buat: Kakak tersayang            
            Hai, Kak. Apa kabar? Aku harap baik. Di sini aku dan Ayah baik, jangan mengkhawatirkan keadaan kami. Kami sangat merindukan Kakak. Mungkin kami akan mengunjungi Kakak. Eh ya, bagaimana sekolah baru Kakak? Namanya apa? Kalo nggak salah namanya kok lucu banget.
Aku kirim surat ini sebenarnya ingin menanyakan sesuatu. Apa Kakak dapat kabar dari Mama dan Diska? Lama aku tidak mendengar kabar mereka lagi. Jika Kakak tahu, jangan lupa beritahu aku. OK?
Satu lagi Kak, sarung tangan baseball aku yang ketinggalan dikirim juga, ya please?
Dah gitu aja, ya Kak. Jangan lupa dibalas.
Adikmu,
Ardi
Ardi Cakep


     Seharusnya Nadia merasa senang mengikuti camping ini, tapi entah kenapa ia murung dan jadi sedih atas keterlambatannya tadi. Memang seumur hidupnya, Nadia belum pernah terlambat dalam hal apapun. Sekilas ia teringat Ardi, adiknya. Ia ingat kalau kemarin menerima surat dari adiknya itu. Tapi sekarang dia lupa dimana dia meletakkan surat itu. Diperiksanya saku-saku di jaket yang ia pakai dan akhirnya ketemu. Ampolo itu berwarna putih dan ada garis belang merah biru di sekelilingnya. Ia membuka amplop suratnya dan ia mulai membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar