This is my first fanfinction I ever publish... Happy reading.....
Tittle:
Sepanjang Jalan
Main Cast:
Lee Donghae
Park Sooki
Genre:
Romance, friendship, and anymore …
Author:
Lee Hyohee (@Lousey_Han)
Pagi ini tampak
berkabut, apalagi ditambah mendung membuat suasana makin dingin. Hal ini
membuatku malas ke sekolah. Setengah hati rasanya meninggalkan kamarku yang
nyaman. Tapi aku harus pergi ke sekolah, Donghae sudah menjemputku. Aku tak mau
membuat dia menunggu lama. Jadi, aku bergegas ke luar rumah dan berangkat.
“ Maaf agak lama, aku tadi agak
terlambat bangun,” kataku sambil naik ke motornya.
“
Ok, ayo cepat berangkat. Dingin sekali di sini, jangan lupa pakai helmmu dan
pegangan erat-erat,” katanya sebelum tancap gas.
Syukurlah dia memaklumi
keterlambatanku, lega rasanya. Oh ya, Donghae adalah teman baikku, dia sangat
baik bahkan sejak pertama kali bertemu. Dia selalu membantuku kapanku aku
butuh. Dia agak pendiam, tapi jika kita sudah mengenalnya pasti kita akan tahu
kalau dia adalah orang yang hangat. Hobinya bermain musik dan mengarang lagu,
selain itu ia juga suka bermain bola.
Dalam bidang akademis dia juga lumayan pintar. Bagiku dia sangat mengagumkan.
Sebenarnya aku suka Donghae, sayangnya dia hanya menganggapku teman baik. Aku
tidak mau merusak hubungan baik kami, jadi sudah kuputuskan untuk menyimpan
perasaan ini.
Suasana pagi ini sungguh aneh,
seakan-akan mengisyaratkan akan sesuatu hal akan terjadi. Aku berharap itu hal
yang baik, tapi firasatku berkata hal buruk akan terjadi. Sepanjang jalan, kami
tenggelam dalam keheningan. Tak ada sepatah kata pun yang terucap. Setiap pagi
biasanya selalu diawali dengan canda atau percakapan singkat yang berkesan,
tapi tidak sekarang ini.
Daripada
aku terus memikirkan firasat yang tak menentu ini lebih baik aku memikirkan hal
yang lebih penting yakni tentang 13Hour, band kami yang beranggotakan Yesung,
Donghae, Hyunmi, Sungmin, Hoonra,
dan aku Sooki. Hyunmi, vokalis band kami sedang menderita radang pita suara.
Fatal baginya untuk tetap menyanyi, padahal seminggu lagi band kami rekaman.
Aku sebagai Super Visor dan Manager 13Hour merasa pusing tujuh keliling
memikirkan masalah ini. Lalu Donghae selaku leader menunjukku sebagai vokalis
pengganti, keputusan ini telah disepakati yang lain termasuk Hyunmi sendiri.
Aku
sendiri tak percaya dengan kemampuan vokalku. Karena Donghae yang memintaku,
akhirnya aku mau. Dia bilang aku pasti bisa, jadi aku tak mau menyia-nyiakan
kepercayaaannya. Mati-matian aku mempelajari lagu ini. Yang lain juga
membantuku mempelajari lagu ini mulai dari pitch, tempo, nada, maupun
penghayatannya.
***
Sesampainya
di gerbang sekolah, kami berhenti. Aku turun dan Donghae bilang mau parkir
dulu.
“ Yap, stop. Kita berhenti di sini,”
ujarnya.
“
Aku turun,” sahutku.
“
Aku parkir dulu, masuklah,” kata Donghae, ia berlalu begitu saja.
Aku
berjalan menuju kelas. Di pintu, ada Yesung berdiri sendirian.
“ Hai, selamat pagi, Yesungie,” sapaku.
“ Ouh, iya pagi, Sooki,” jawabnya
terkaget.
Aku membuyarkan lamunannya. Entah
apa yang sedang ia pikirkan, pasti itu hal yang serius. Hmm, lupakan. Itu bukan
urusanku. Aku meneruskan langkahku. Tiba-tiba ia menghentikan langkahku.
“
Sook, bisa kita bicara
sebentar. Ini penting, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan,” dia menghalangi
pintu, menghalau aku lewat. Aku sontak kaget. Tapi aku segera tenangkan diri
dan penuhi apa yang dia inginkan.
“
Ada apa? Sepertinya penting?” tanyaku.
“
Ini penting, bahkan gawat,” tegasnya dengan nada tinggi.
Melihat
dia serius aku menanggapi dengan serius, “apa
maksudmu sebenarnya?”
“
Band kita, 13Hour akan dianggap plagiat! Lagu kita sudah bocor, aku dengar
sudah ada band lain yang rekaman dengan lagu kita,” terangnya.
“
Apa?!”, sungguh aku tak percaya. Aku perlu mencubit pipiku untuk percaya.
Sejenak
kami terdiam. Masing-masing pikiran kami berlari entah kemana. Aku tak percaya
dengan apa yang terjadi dengan 13Hour. Yesung juga kelihatan kesal sekali.
Mudah-mudahan takkan terjadi apa-apa. Yesung mengawali perbincangan lagi.
“
Sook?”, dia mendekat ke
hadapanku, “aku mohon kau mau jujur”, kini dia memegang tanganku dan hatiku
langsung berdebar-debar. Apalagi yang akan dia katakan? “Apa kau yang bocorkan
lagunya? Katakan saja yang sejujurnya, ini kau lakukan karena Donghae yang
menyuruhmu bukan? Tak usah takut, jika kau mau jujur aku mau saja
melindungimu.”
Aku
yang masih belum percaya dengan kasus plagiatisme tadi sekarang harus
dihadapkan dengan pertanyaan seperti ini? Apalagi langsung dituduh sebagai
tersangka, juga Donghae dibawa-bawa dalam masalah ini. Aku shock setengah mati,
tak bisa berkata-kata sama sekali.
Tiba-tiba
Donghae muncul dan langsung melepas tangan Yesung dari tanganku.
“
Ayo masuk!” katanya sambil menarikku masuk kelas.
“
Hei!,” teriak Yesung yang berjalan menyusul kami, “ kau, berhenti!”
Bboookkk!!!
Yesung memukul muka Donghae. Sekilas kulihat ada darah di sudut bibirnya. Dia
jatuh terduduk di lantai. Yesung memegang kerah Donghae erat-erat. Satu
tangannya mengepal siap memukul Donghae lagi. Aku tak bisa apa-apa. Mataku
terus terbelalak melihat peristiwa ini. Akhirnya aku sudah tidak kuat lagi
melihat mereka berkelahi, terlebih Donghae tidak membalas sama sekali pukulan
Yesung. “ Stop!”, teriakku sambil melerai mereka sebisanya. Tanganku memegang
lengan Yesung mencegah pukulannya ke Donghae.
Tapi
Yesung mengibaskan tangannya, membuatku terjatuh. “ Sook!”, Donghae bangkit dan
memukul Yesung. Lalu ia menghampiriku dan membantuku berdiri. Donghae melihat
apa aku tidak apa-apa. Lalu ia menatap tajam Yesung dan berkata, “ kalau kau
punya masalah denganku jangan bawa-bawa dia. Dia tak ada hubungannya sama
sekali. Camkan itu!”
Yesung
terdiam di tempatnya, ia terlihat menyesal. Kulihat wajah Donghae, wajahnya
babak belur. Ada beberapa luka berdarah, juga ada luka memar berwarna biru.
Yesung mengakhiri kediamannya, “Sook? Gwencanayo?
Maafkan aku.”
Entah
bagaimana bisa sebentar saja dilerai mereka berkelahi lagi. Kali ini Donghae
tak mau mengalah. Sepertinya ia mau membalas pukulan-pukulan Yesung. Aku tak
tahu lagi harus berpikir bagaimana caranya memisahkan mereka. Untungnya, Hoonra
dan Sungmin segera muncul dan memisahkan mereka. Hoonra dan aku memegang
Donghae. Sedangkan Sungmin memegang Yesung.
“
Oppa! Sudah, jangan
berkelahi lagi!” kata Hoonra yang juga adik sepupu Donghae.
“
Benar. Ya! Sungie!
Jangan mudah terpancing emosi,” Sungmin menambahkan.
“
Lepaskan aku, aku mau memukul pengkhianat itu!,” seru Yesung.
Donghae
hanya tersenyum kecut, dia melepaskan pegangan kami lalu berjalan begitu saja.
Aku tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dan entah mengapa aku tak
ingin pergi menyusul Donghae, mungkin dia perlu waktu untuk sendiri. Tak pernah
aku melihatnya seperti ini. Seakan yang sekarang ini bukan Donghae tapi Donghae
yang lain. Aku tak tahu dia bisa bersikap seperti ini. Tadinya aku pikir ia
akan diam saja dan tak membalas pukulan Yesung hingga perkelahian ini tak perlu
terjadi. Aku curiga bila dia menyembunyikan sesuatu. Mungkin saja tuduhan
Yesung tadi benar.
“
Sebenarnya apa masalahnya?” tanya Sungmin.
Yesung
angkat bicara.
“
Kalian harus tahu, dia menjual lagu ciptaannya untuk 13Hour pada band lain demi
kepentingannya sendiri. Dan ia menyuruh seseorang perempuan untuk menjual
lagunya. Setelah kuselidiki ternyata perempuan itu adalah anggota 13Hour juga.
Hanya ada 3 kemungkinan siapa orang itu, karena hanya ada 3 anggota 13Hour
perempuan, yakni Hyunmi, Hoonra, dan Sooki. Aku sudah bertanya pada Hyunmi, dan
hasilnya bukan dia yang bocorkan lagu itu. Sekarang hanya tinggal kalian
berdua, jadi mengakulah.”
Semua
masih tak percaya dengan pernyataan Yesung itu. Merasa tak ada tanggapan,
Yesung kesal dan pergi begitu saja. Kami bertiga hanya terdiam untuk mencoba
memahami keadaan. Jadi, sekarang masalahnya sudah mulai terlihat jelas. Lagu 13Hour
berjudul Believe telah bocor, diduga pelakunya adalah Donghae. Donghae menyuruh
salah seorang personil perempuan 13Hour untuk menjual lagu itu. Tapi ini hanya
dugaan, aku takkan percaya kalau Donghae melakukan perbuatan seperti ini. Coba
pikir, untuk apa Donghae berbuat seperti ini. Tak ada untung baginya.
Aku
dan Hoonra tidak merasa telah melakukan perbuatan itu. Sekarang tinggal
memastikan sendiri apakah Hyunmi jujur tidak menjual lagu ini. Sayangnya, Hyunmi
tidak muncul di sekolah sama sekali hari ini, sampai pelajaran terakhirpun
Yesung dan Donghae tak muncul di kelas. Keadaan tak akan membaik bila kita
tidak berkumpul dan menyelesaikan masalah ini. Selain itu, aku juga berpikir
bagaimana caraku pulang hari ini karena tak ada Donghae. Mungkin dia telah
pulang dari tadi pagi. Jadi firasatku benar, hari ini memang ada hal buruk
terjadi. Besok apalagi? Apa besok keadaan akan jauh lebih baik atau sebaliknya?
***
“ Eomma, aku pulang,” kataku lesu. Bagaimana
tidak? Aku tadi pulang naik bus, aku harus berjalan jauh untuk sampai halte
terdekat dari sekolahan. Jarak pemberhentian juga lumayan jauh dari rumahku,
terpaksa aku jalan kaki.
Sesampainya di rumah malah kena ranjau kucing adikku ( maksudnya kotoran kucing
). Aku kesal, jadi langsung aku pergi ke kamar untuk ganti baju dan segera
tidur. Siapa tahu bisa mengurangi beban pikiranku.
Sekitar
5 menit aku memejamkan mata, eomma memanggilku.
“ Sooki! Ada Donghae mencarimu.”
“
Malas, bilang saja aku tidur. Aku tak mau diganggu!”
kataku, entah eomma dengar atau tidak, yang pasti eomma tidak memanggilku
lagi.
Dalam
hitungan menit, aku sudah terlelap.
“
Percaya padaku, bukan aku yang
menjual lagu itu. Apa kau bisa mempercayaiku?” tanya Donghae.
“
Mollayo. Aku masih bingung, tapi
apa hakku untuk percaya padamu?”
jawabku.
“
Tentu kau berhak, dari dulu hati ini milikmu.
Jadi percayalah. Aku akan tunjukkan siapa yang sebenarnya salah. Sebelum
masalah ini selesai, apapun yang akan terjadi nanti kau tetap mempercayai aku kan?” ujarnya
sunguh-sunguh.
Ponselku berdering, aku bangun.
Uh, ternyata semua tadi hanya mimpi. Coba kalau sungguhan pasti aku bisa
percaya pada Donghae. Percaya 100% dijamin. Kulihat ponselku. Ada 6 pesan dari Donghae.
Jangan
salah paham,...
Lalu,
Maaf
aku tidak bisa mengantarkanmu
pulang,...
Lalu,
Apa
kau sudah pulang? Aku ke
rumahmu.
Lalu,
Aku
tahu kau di kamar, aku dengar kau tak mau bertemu denganku. Tapi kenapa kau tak mau bertemu denganku?
Lalu,
Kau
marah?
Jebal, maafkan aku,...
Lalu,
Aku
ingin bertemu denganmu,
datang ke taman sore ini, aku akan menunggumu sampai kau datang.
Hah?
Mataku langsung melek, dia menungguku
di taman? Aku lihat jam, sekarang sudah jam 7 malam. Tanpa peduli mandi, aku
langsung saja mengambil sweater dan naik sepeda ke taman. Di tengah perjalanan,
aku berpikir kenapa aku mau saja pergi ke taman. Mungkin Donghae sudah pulang.
Aku mengecek ponsel
dan tak ada pesan
dari dia. Tapi rasanya ingin aku pergi ke taman.
Sampai
di taman aku berjalan pelan-pelan. Dia berdiri di bawah tiang lampu. Mukanya
kusut, mungkin ia benar-benar sudah menunggu lama. Aku tidak ingin bertemu
dengannya. Jadi, kubuka ponsel dan aku mengirimnya pesan bilang jika
percuma dia menunggu karena aku tak akan
datang. Kulihat dia membuka pesan
dariku, dia langsung berjalan pergi, lega juga dia sudah pergi. Tapi aku
sedikit kecewa karena dia tidak mau menungguku lebih lama.
“
Oh iya! Aku lupa, sepeda adikku kuletakkan di pintu masuk. Donghae pasti akan
tahu. Mati aku!” seruku dalam hati.
Aku
mau pergi ke pintu masuk. Tapi aku baru saja berbalik dan di hadapanku sudah
ada Donghae yang terengah-engah. Mungkin dia berlari ke sini. Aku mau lari,
tapi dia mengejarku dan menahanku pergi.
“
Kenapa kau menghindar? Kau marah? Kumohon,
jangan salah paham,” ujarnya.
Aku
tak menjawab, lidahku membatu.
“
Percaya padaku, bukan aku yang
menjual lagu itu. Apa kau bisa mempercayaiku?” tanya Donghae.
“
Mollayo. Aku masih bingung, tapi
apa hakku untuk percaya padamu?”
jawabku.
“
Tentu kau berhak, dari dulu hati ini milikmu.
Jadi percayalah. Aku akan tunjukkan siapa yang sebenarnya salah. Sebelum
masalah ini selesai, apapun yang akan terjadi nanti kau tetap mempercayai aku kan?” ujarnya
sunguh-sunguh.
Wow,
aku baru sadar kalau mimpiku langsung jadi kenyataan.
“ Iya, aku bisa mempercayaimu,” jawabku.
Donghae
kelihatan senang sekali dan dia langsung memelukku.
“
Tapi,.... biarkan aku cari kebenarannya. Jawabanku mungkin bisa berubah,”
kataku.
Jadi
selama ini Donghae juga punya perasaan yang sama sepertiku, aku sungguh senang
sekali.
***
Keesokan harinya, ternyata keadaan
tak berubah menjadi lebih baik. Terjadi perang dingin antara Donghae dan
Yesung. Mereka tak bertegur sapa atau saling bicara satu sama lain. Aku,
Hoonra, dan Sungmin sepakat akan menyelidiki masalah ini dan menyelesaikannya.
Hari ini, Hyunmi masih belum hadir, dia mengirim surat keterangan sakit. Kami
harus mulai menumpulkan fakta-fakta. Tugas dibagi menjadi tiga, Hoonra pergi
mencari Hyunmi, Sungmin mencari keterangan dari dapur rekaman band yang
menggunakan lagu 13Hour, dan aku sendiri akan memastikan bahwa Yesung dan
Donghae tak akan berkelahi lagi. Selain itu aku harus mengutip keterangan
mereka masing-masing untuk tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.
Dua hari berselang, keadaan masih
sama saja, aku mulai bosan mengawasi Yesung dan Donghae. Hyunmi masih belum
masuk sekolah, kata Hoonra dia telah pergi ke luar negeri, mungkin kembalinya
masih lama. Laporan dari Sungmin menyatakan bahwa benar adanya ada anggota
perempuan dari 13Hour yang menjual lagu itu. Untuk menyelesaikan masalah ini
satu-satunya jalan adalah dengan menemui Hyunmi, tapi kami tak tahu Hyunmi ada
dimana.
Aku tengah mengawasi Donghae dari
jauh, dia sedang makan di kantin. Ah, sial! Perutku keroncongan, aku tadi belum
sempat sarapan karena harus mengejar bus pagi untuk ke sekolah. Memang semenjak
hari itu Donghae tak lagi menjemputku, mau tidak mau aku harus ke sekolah naik
bus. Parahnya lagi Donghae tak mau menghubungiku lagi semenjak kami bertemu di
taman. Apa maunya yang sebenarnya aku tak tahu. Dia bilang aku harus percaya
padanya. Tapi dia malah mengacuhkanku seperti ini. Kulihat lagi dia, dia sudah
tidak ada. Aku malas mencarinya, lebih baik aku sarapan dulu.
“ Ahjumma, aku pesan ramennya satu!”
“
Nde, Sooki ya, ini,” jawab Kim ahjumma pemilik resto ramen kecil
di kantin sambil mengulurkan semangkuk ramen
padaku.
Kantin siang ini sangat ramai,
hampir semua tempat duduk penuh. Ada bangku terdekat yang kosong, tapi Yesung
ternyata di situ sedang menyantap ramennya. Aku lalu duduk di sampingnya. Dia
bergeser sedikit untuk memberi aku tempat duduk.
“
Belum sarapan?” tanyanya padaku.
“
Iya, belum,” jawabku.
“
Kau pasti harus berangkat pagi-pagi supaya tidak ketinggalan bus, ya? Aku tadi
tak sengaja melihat kau turun dari bus. Sepertinyanya
Donghae sudah tidak
peduli lagi padamu,
kasihan sekali,” katanya.
Mendengar
nada bicaranya, aku jadi tahu kalau dia tak bermaksud menghina tapi malah
memberi perhatian. Aku tak mau meladeni perkataaannya. Aku cuek dan melanjutkan
makan ramen. Dia diam menatapku sinis, sedetik kemudian dia pergi. Setelah aku
makan ramen, aku bermaksud untuk pergi ke kelas. Donghae tiba-tiba menggandeng
tanganku membawaku ke depan UKS.
“
Kau sudah temukan buktinya?” tanyanya padaku.
“
Apa? Kau tahu kalau aku menyelidiki masalah ini?”
“
Tentu saja aku tahu, Hoonra dan Yesung jarang terlihat. Kau juga diam-diam
mengikutiku kemana-mana. Aku juga sering lihat kau menguntit Yesung. Kau ini
bukan detektif yang profesional,” kata
Donghae.
“
Hm, iya. Kami memang sedang dalam penyelidikan. Kami tak mau diam saja dan
menunggu band ini sampai bubar. Kami belum bisa memihak salah satu dari kalian.”
“
Aku mohon kau bisa percaya, walau yang lain tak akan percaya tolong percayalah
padaku,”
“
Aku percaya padamu,
tapi mungkin bisa berubah setelah aku tahu kebenarannya. Dan,... aku mau tanya
sesuatu hal padamu,
kenapa kau menyuruhku mempercayaimu
padahal kau sendiri selalu menjauh
dariku.”
Dia
diam dan tak mampu menjawab pertanyaanku. Aku pergi, aku tak mau terpengaruh
kata-katanya sebelum aku tahu kenyataannya.
***
Hari
ini adalah hari terakhir sebelum rekaman, seharusnya kami melakukan latihan dan
gladi bersih. Jangankan gladi bersih, berkumpul saja kami tidak. Hari ini Hyunmi
masuk sekolah, aku pun langsung menyergapnya.
“
Hyunmi? Kemana saja kau? 13Hour sedang ada di ujung tanduk, kau malah
menghilang begitu saja.”
“
Aku,... Aku minta maaf aku harus mengantarkan ibuku operasi ke Beijing. Ibuku ternyata harus melakukan pengangkatan tumor di otaknya,”
ia menangis, “ aku tak tahu harus berbuat bagaimana lagi.”
“
Aku tak bermaksud, maaf,” aku memeluknya berusaha menenangkannya.
Kami
berjalan menuju kelas, di kelas tak ada seorang pun. Di sini ia menjelaskan semuanya
padaku tentang penyakit ibunya, keadaan ekonomi keluarganya, dan kasus
pembocoran lagu itu. Dia menceritakan semua itu sambil menangis.
“
Aku lakukan semua itu karena aku membutuhkan uang untuk biaya operasi ibuku,
sebenarnya sempat aku tanggalkan niatku untuk melakukan ini. Tapi setelah aku
mengalami radang pita suara dan kau yang menggantikanku, aku jadi tak rela dan
iri padamu. Aku jadi tak ingin kau menyanyikan lagu
ini. Akhirnya aku jual lagu ini pada
band lain.”
“
Apa!” seru Yesung. Dia ternyata sedari tadi berdiri di balik pintu mendengarkan
percakapan kami, “Hyunmi, apa kau sudah gila? Teganya kau melakukan ini, lebih
lagi kau tega membohongiku.”
“
Yesung, maafkan
aku. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk menebus semua kesalahanku ini,” jawab
Hyunmi.
Kemudian
muncul Donghae, Hoonra, dan Sungmin. Mereka tahu apa yang kami bicarakan. Fakta
sudah terungkap. Tinggal bagaimana kami menyikapinya. Hyunmi sudah minta maaf
dan dia bilang mau memperbaiki kesalahannya.
“
Akan aku lakukan apapun untuk menebus kesalahanku,” kata Hyunmi
Semua
terlihat memikirkan cara termudah untuk dilakukan Hyunmi untuk menebus
kesalahannya.
“
Baiklah, Hyunmi. Apa kau mau membantu kami membuat lagu
untuk rekaman besok. Kami harus deadline hari ini. Belum lagi latihan dan gladi
bersih. Sekarang masih pagi dan pelajaran belum dimulai, lebih baik kita buat
surat keterangan dispensasi. Lalu, kita kerjakan lagu baru ini, aku sudah
temukan nadanya, bantu aku membuat lirik. Kita harus bekerja sama kali ini,”
kata Donghae dengan optimis.
Semua
memberi respon positif. Kami lalu membuat surat dispensasi dan pergi ke
basecamp dimana kami biasa latihan. Donghae mencoba nadanya, giliran Hoonra
mencatat nada-nada itu. Dalam pembuatan lirik semua ikut ambil andil, tak
terkecuali aku. Liriknya bertemakan perjalanan sekelompok anak muda yang
berusaha meraih cita-citanya. Masing-masing dari kami mencoba itu dengan bagian
masing-masing. Donghae dengan gitarnya, Hoonra dengan keyboardnya, Yesung
dengan bassnya, Sungmin dengan drumnya, dan aku dengan vokalku. Hyunmi
menyemangati kami dengan sepenuh hati. Kurasa ini adalah saat kebahagiaan yang
terindah saat kami bersama-sama.
Sepanjang
jalan, jalan berbatu tapi jalan yang penuh warna dalam menempuh impian,....
Ini
adalah lirik lagu terakhir kami, yang menyiratkan suatu harapan yang besar.
Kami sadari dalam meraih cita-cita pasti penuh dengan rintangan dan halangan.
Tapi jika kita menjalani perjalanan itu bersama sahabat, semua pasti akan
berbuah indah.
***
FIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar