Rabu, 19 Desember 2012

Fanfiction: Sepanjang Jalan

This is my first fanfinction I ever publish... Happy reading.....



Tittle:
 Sepanjang Jalan
Main Cast:
Lee Donghae
Park Sooki
Genre:
Romance, friendship, and anymore …
Author:
Lee Hyohee (@Lousey_Han)

          Pagi ini tampak berkabut, apalagi ditambah mendung membuat suasana makin dingin. Hal ini membuatku malas ke sekolah. Setengah hati rasanya meninggalkan kamarku yang nyaman. Tapi aku harus pergi ke sekolah, Donghae sudah menjemputku. Aku tak mau membuat dia menunggu lama. Jadi, aku bergegas ke luar rumah dan berangkat.
            “ Maaf agak lama, aku tadi agak terlambat bangun,” kataku sambil naik ke motornya.
“ Ok, ayo cepat berangkat. Dingin sekali di sini, jangan lupa pakai helmmu dan pegangan erat-erat,” katanya sebelum tancap gas.
            Syukurlah dia memaklumi keterlambatanku, lega rasanya. Oh ya, Donghae adalah teman baikku, dia sangat baik bahkan sejak pertama kali bertemu. Dia selalu membantuku kapanku aku butuh. Dia agak pendiam, tapi jika kita sudah mengenalnya pasti kita akan tahu kalau dia adalah orang yang hangat. Hobinya bermain musik dan mengarang lagu, selain itu ia juga suka bermain bola. Dalam bidang akademis dia juga lumayan pintar. Bagiku dia sangat mengagumkan. Sebenarnya aku suka Donghae, sayangnya dia hanya menganggapku teman baik. Aku tidak mau merusak hubungan baik kami, jadi sudah kuputuskan untuk menyimpan perasaan ini.
            Suasana pagi ini sungguh aneh, seakan-akan mengisyaratkan akan sesuatu hal akan terjadi. Aku berharap itu hal yang baik, tapi firasatku berkata hal buruk akan terjadi. Sepanjang jalan, kami tenggelam dalam keheningan. Tak ada sepatah kata pun yang terucap. Setiap pagi biasanya selalu diawali dengan canda atau percakapan singkat yang berkesan, tapi tidak sekarang ini.
Daripada aku terus memikirkan firasat yang tak menentu ini lebih baik aku memikirkan hal yang lebih penting yakni tentang 13Hour, band kami yang beranggotakan Yesung, Donghae, Hyunmi, Sungmin, Hoonra, dan aku Sooki. Hyunmi, vokalis band kami sedang menderita radang pita suara. Fatal baginya untuk tetap menyanyi, padahal seminggu lagi band kami rekaman. Aku sebagai Super Visor dan Manager 13Hour merasa pusing tujuh keliling memikirkan masalah ini. Lalu Donghae selaku leader menunjukku sebagai vokalis pengganti, keputusan ini telah disepakati yang lain termasuk Hyunmi sendiri.
Aku sendiri tak percaya dengan kemampuan vokalku. Karena Donghae yang memintaku, akhirnya aku mau. Dia bilang aku pasti bisa, jadi aku tak mau menyia-nyiakan kepercayaaannya. Mati-matian aku mempelajari lagu ini. Yang lain juga membantuku mempelajari lagu ini mulai dari pitch, tempo, nada, maupun penghayatannya.
***
Sesampainya di gerbang sekolah, kami berhenti. Aku turun dan Donghae bilang mau parkir dulu.
“ Yap, stop. Kita berhenti di sini,” ujarnya.                      
“ Aku turun,” sahutku.
“ Aku parkir dulu, masuklah,” kata Donghae, ia berlalu begitu saja.
Aku berjalan menuju kelas. Di pintu, ada Yesung berdiri sendirian.
            “ Hai, selamat pagi, Yesungie,” sapaku.
            “ Ouh, iya pagi, Sooki,” jawabnya terkaget.
            Aku membuyarkan lamunannya. Entah apa yang sedang ia pikirkan, pasti itu hal yang serius. Hmm, lupakan. Itu bukan urusanku. Aku meneruskan langkahku. Tiba-tiba ia menghentikan langkahku.
Sook, bisa kita bicara sebentar. Ini penting, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan,” dia menghalangi pintu, menghalau aku lewat. Aku sontak kaget. Tapi aku segera tenangkan diri dan penuhi apa yang dia inginkan.
“ Ada apa? Sepertinya penting?” tanyaku.
“ Ini penting, bahkan gawat,” tegasnya dengan nada tinggi.
Melihat dia serius aku menanggapi dengan serius, “apa  maksudmu sebenarnya?”
“ Band kita, 13Hour akan dianggap plagiat! Lagu kita sudah bocor, aku dengar sudah ada band lain yang rekaman dengan lagu kita,” terangnya.
“ Apa?!”, sungguh aku tak percaya. Aku perlu mencubit pipiku untuk percaya.
Sejenak kami terdiam. Masing-masing pikiran kami berlari entah kemana. Aku tak percaya dengan apa yang terjadi dengan 13Hour. Yesung juga kelihatan kesal sekali. Mudah-mudahan takkan terjadi apa-apa. Yesung mengawali perbincangan lagi.
Sook?”, dia mendekat ke hadapanku, “aku mohon kau mau jujur”, kini dia memegang tanganku dan hatiku langsung berdebar-debar. Apalagi yang akan dia katakan? “Apa kau yang bocorkan lagunya? Katakan saja yang sejujurnya, ini kau lakukan karena Donghae yang menyuruhmu bukan? Tak usah takut, jika kau mau jujur aku mau saja melindungimu.”
Aku yang masih belum percaya dengan kasus plagiatisme tadi sekarang harus dihadapkan dengan pertanyaan seperti ini? Apalagi langsung dituduh sebagai tersangka, juga Donghae dibawa-bawa dalam masalah ini. Aku shock setengah mati, tak bisa berkata-kata sama sekali.
Tiba-tiba Donghae muncul dan langsung melepas tangan Yesung dari tanganku.
“ Ayo masuk!” katanya sambil menarikku masuk kelas.
“ Hei!,” teriak Yesung yang berjalan menyusul kami, “ kau, berhenti!”
Bboookkk!!! Yesung memukul muka Donghae. Sekilas kulihat ada darah di sudut bibirnya. Dia jatuh terduduk di lantai. Yesung memegang kerah Donghae erat-erat. Satu tangannya mengepal siap memukul Donghae lagi. Aku tak bisa apa-apa. Mataku terus terbelalak melihat peristiwa ini. Akhirnya aku sudah tidak kuat lagi melihat mereka berkelahi, terlebih Donghae tidak membalas sama sekali pukulan Yesung. “ Stop!”, teriakku sambil melerai mereka sebisanya. Tanganku memegang lengan Yesung mencegah pukulannya ke Donghae.
Tapi Yesung mengibaskan tangannya, membuatku terjatuh. “ Sook!”, Donghae bangkit dan memukul Yesung. Lalu ia menghampiriku dan membantuku berdiri. Donghae melihat apa aku tidak apa-apa. Lalu ia menatap tajam Yesung dan berkata, “ kalau kau punya masalah denganku jangan bawa-bawa dia. Dia tak ada hubungannya sama sekali. Camkan itu!”
Yesung terdiam di tempatnya, ia terlihat menyesal. Kulihat wajah Donghae, wajahnya babak belur. Ada beberapa luka berdarah, juga ada luka memar berwarna biru. Yesung mengakhiri kediamannya, “Sook? Gwencanayo? Maafkan aku.”
Entah bagaimana bisa sebentar saja dilerai mereka berkelahi lagi. Kali ini Donghae tak mau mengalah. Sepertinya ia mau membalas pukulan-pukulan Yesung. Aku tak tahu lagi harus berpikir bagaimana caranya memisahkan mereka. Untungnya, Hoonra dan Sungmin segera muncul dan memisahkan mereka. Hoonra dan aku memegang Donghae. Sedangkan Sungmin memegang Yesung.
“ Oppa! Sudah, jangan berkelahi lagi!” kata Hoonra yang juga adik sepupu Donghae.
“ Benar. Ya! Sungie! Jangan mudah terpancing emosi,” Sungmin menambahkan.
“ Lepaskan aku, aku mau memukul pengkhianat itu!,” seru Yesung.
Donghae hanya tersenyum kecut, dia melepaskan pegangan kami lalu berjalan begitu saja. Aku tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dan entah mengapa aku tak ingin pergi menyusul Donghae, mungkin dia perlu waktu untuk sendiri. Tak pernah aku melihatnya seperti ini. Seakan yang sekarang ini bukan Donghae tapi Donghae yang lain. Aku tak tahu dia bisa bersikap seperti ini. Tadinya aku pikir ia akan diam saja dan tak membalas pukulan Yesung hingga perkelahian ini tak perlu terjadi. Aku curiga bila dia menyembunyikan sesuatu. Mungkin saja tuduhan Yesung tadi benar.
“ Sebenarnya apa masalahnya?” tanya Sungmin.
Yesung angkat bicara.
“ Kalian harus tahu, dia menjual lagu ciptaannya untuk 13Hour pada band lain demi kepentingannya sendiri. Dan ia menyuruh seseorang perempuan untuk menjual lagunya. Setelah kuselidiki ternyata perempuan itu adalah anggota 13Hour juga. Hanya ada 3 kemungkinan siapa orang itu, karena hanya ada 3 anggota 13Hour perempuan, yakni Hyunmi, Hoonra, dan Sooki. Aku sudah bertanya pada Hyunmi, dan hasilnya bukan dia yang bocorkan lagu itu. Sekarang hanya tinggal kalian berdua, jadi mengakulah.”
Semua masih tak percaya dengan pernyataan Yesung itu. Merasa tak ada tanggapan, Yesung kesal dan pergi begitu saja. Kami bertiga hanya terdiam untuk mencoba memahami keadaan. Jadi, sekarang masalahnya sudah mulai terlihat jelas. Lagu 13Hour berjudul Believe telah bocor, diduga pelakunya adalah Donghae. Donghae menyuruh salah seorang personil perempuan 13Hour untuk menjual lagu itu. Tapi ini hanya dugaan, aku takkan percaya kalau Donghae melakukan perbuatan seperti ini. Coba pikir, untuk apa Donghae berbuat seperti ini. Tak ada untung baginya.
Aku dan Hoonra tidak merasa telah melakukan perbuatan itu. Sekarang tinggal memastikan sendiri apakah Hyunmi jujur tidak menjual lagu ini. Sayangnya, Hyunmi tidak muncul di sekolah sama sekali hari ini, sampai pelajaran terakhirpun Yesung dan Donghae tak muncul di kelas. Keadaan tak akan membaik bila kita tidak berkumpul dan menyelesaikan masalah ini. Selain itu, aku juga berpikir bagaimana caraku pulang hari ini karena tak ada Donghae. Mungkin dia telah pulang dari tadi pagi. Jadi firasatku benar, hari ini memang ada hal buruk terjadi. Besok apalagi? Apa besok keadaan akan jauh lebih baik atau sebaliknya?
***
            “ Eomma, aku pulang,” kataku lesu. Bagaimana tidak? Aku tadi pulang naik bus, aku harus berjalan jauh untuk sampai halte terdekat dari sekolahan. Jarak pemberhentian juga lumayan jauh dari rumahku, terpaksa aku jalan kaki. Sesampainya di rumah malah kena ranjau kucing adikku ( maksudnya kotoran kucing ). Aku kesal, jadi langsung aku pergi ke kamar untuk ganti baju dan segera tidur. Siapa tahu bisa mengurangi beban pikiranku.
Sekitar 5 menit aku memejamkan mata, eomma memanggilku.
            “ Sooki! Ada Donghae mencarimu.”
“ Malas, bilang saja aku tidur. Aku tak mau diganggu!” kataku, entah eomma dengar atau tidak, yang pasti eomma tidak memanggilku lagi.
Dalam hitungan menit, aku sudah terlelap.
“ Percaya padaku, bukan aku yang menjual lagu itu. Apa kau bisa mempercayaiku?” tanya Donghae.
Mollayo. Aku masih bingung, tapi apa hakku untuk percaya padamu?” jawabku.
“ Tentu kau berhak, dari dulu hati ini milikmu. Jadi percayalah. Aku akan tunjukkan siapa yang sebenarnya salah. Sebelum masalah ini selesai, apapun yang akan terjadi nanti kau tetap mempercayai aku kan?” ujarnya sunguh-sunguh.
Ponselku berdering, aku bangun. Uh, ternyata semua tadi hanya mimpi. Coba kalau sungguhan pasti aku bisa percaya pada Donghae. Percaya 100% dijamin. Kulihat ponselku. Ada 6 pesan dari Donghae.
Jangan salah paham,...
Lalu,
Maaf aku tidak bisa mengantarkanmu pulang,...
Lalu,                       
Apa kau sudah pulang? Aku ke rumahmu.
Lalu,
Aku tahu kau di kamar, aku dengar kau tak mau bertemu denganku. Tapi kenapa kau tak mau bertemu denganku?
Lalu,
Kau marah?
Jebal, maafkan aku,...
Lalu,
Aku ingin bertemu denganmu, datang ke taman sore ini, aku akan menunggumu sampai kau datang.
Hah? Mataku langsung melek, dia menungguku di taman? Aku lihat jam, sekarang sudah jam 7 malam. Tanpa peduli mandi, aku langsung saja mengambil sweater dan naik sepeda ke taman. Di tengah perjalanan, aku berpikir kenapa aku mau saja pergi ke taman. Mungkin Donghae sudah pulang. Aku mengecek ponsel dan tak ada pesan dari dia. Tapi rasanya ingin aku pergi ke taman.
Sampai di taman aku berjalan pelan-pelan. Dia berdiri di bawah tiang lampu. Mukanya kusut, mungkin ia benar-benar sudah menunggu lama. Aku tidak ingin bertemu dengannya. Jadi, kubuka ponsel dan aku mengirimnya pesan bilang jika percuma  dia menunggu karena aku tak akan datang. Kulihat dia membuka pesan dariku, dia langsung berjalan pergi, lega juga dia sudah pergi. Tapi aku sedikit kecewa karena dia tidak mau menungguku lebih lama.
“ Oh iya! Aku lupa, sepeda adikku kuletakkan di pintu masuk. Donghae pasti akan tahu. Mati aku!” seruku dalam hati.
Aku mau pergi ke pintu masuk. Tapi aku baru saja berbalik dan di hadapanku sudah ada Donghae yang terengah-engah. Mungkin dia berlari ke sini. Aku mau lari, tapi dia mengejarku dan menahanku pergi.
“ Kenapa kau menghindar? Kau marah? Kumohon, jangan salah paham,” ujarnya.
Aku tak menjawab, lidahku membatu.
“ Percaya padaku, bukan aku yang menjual lagu itu. Apa kau bisa mempercayaiku?” tanya Donghae.
Mollayo. Aku masih bingung, tapi apa hakku untuk percaya padamu?” jawabku.
“ Tentu kau berhak, dari dulu hati ini milikmu. Jadi percayalah. Aku akan tunjukkan siapa yang sebenarnya salah. Sebelum masalah ini selesai, apapun yang akan terjadi nanti kau tetap mempercayai aku kan?” ujarnya sunguh-sunguh.
Wow, aku baru sadar kalau mimpiku langsung jadi kenyataan.
 “ Iya, aku bisa mempercayaimu,” jawabku.
Donghae kelihatan senang sekali dan dia langsung memelukku.
“ Tapi,.... biarkan aku cari kebenarannya. Jawabanku mungkin bisa berubah,” kataku.
Jadi selama ini Donghae juga punya perasaan yang sama sepertiku, aku sungguh senang sekali.
***
            Keesokan harinya, ternyata keadaan tak berubah menjadi lebih baik. Terjadi perang dingin antara Donghae dan Yesung. Mereka tak bertegur sapa atau saling bicara satu sama lain. Aku, Hoonra, dan Sungmin sepakat akan menyelidiki masalah ini dan menyelesaikannya. Hari ini, Hyunmi masih belum hadir, dia mengirim surat keterangan sakit. Kami harus mulai menumpulkan fakta-fakta. Tugas dibagi menjadi tiga, Hoonra pergi mencari Hyunmi, Sungmin mencari keterangan dari dapur rekaman band yang menggunakan lagu 13Hour, dan aku sendiri akan memastikan bahwa Yesung dan Donghae tak akan berkelahi lagi. Selain itu aku harus mengutip keterangan mereka masing-masing untuk tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.
            Dua hari berselang, keadaan masih sama saja, aku mulai bosan mengawasi Yesung dan Donghae. Hyunmi masih belum masuk sekolah, kata Hoonra dia telah pergi ke luar negeri, mungkin kembalinya masih lama. Laporan dari Sungmin menyatakan bahwa benar adanya ada anggota perempuan dari 13Hour yang menjual lagu itu. Untuk menyelesaikan masalah ini satu-satunya jalan adalah dengan menemui Hyunmi, tapi kami tak tahu Hyunmi ada dimana.
            Aku tengah mengawasi Donghae dari jauh, dia sedang makan di kantin. Ah, sial! Perutku keroncongan, aku tadi belum sempat sarapan karena harus mengejar bus pagi untuk ke sekolah. Memang semenjak hari itu Donghae tak lagi menjemputku, mau tidak mau aku harus ke sekolah naik bus. Parahnya lagi Donghae tak mau menghubungiku lagi semenjak kami bertemu di taman. Apa maunya yang sebenarnya aku tak tahu. Dia bilang aku harus percaya padanya. Tapi dia malah mengacuhkanku seperti ini. Kulihat lagi dia, dia sudah tidak ada. Aku malas mencarinya, lebih baik aku sarapan dulu.
            “ Ahjumma, aku pesan ramennya satu!”
Nde, Sooki ya, ini,” jawab Kim ahjumma pemilik resto ramen kecil di kantin sambil mengulurkan semangkuk ramen padaku.
            Kantin siang ini sangat ramai, hampir semua tempat duduk penuh. Ada bangku terdekat yang kosong, tapi Yesung ternyata di situ sedang menyantap ramennya. Aku lalu duduk di sampingnya. Dia bergeser sedikit untuk memberi aku tempat duduk.
“ Belum sarapan?” tanyanya padaku.
“ Iya, belum,” jawabku.
“ Kau pasti harus berangkat pagi-pagi supaya tidak ketinggalan bus, ya? Aku tadi tak sengaja melihat kau turun dari bus. Sepertinyanya Donghae sudah tidak peduli lagi padamu, kasihan sekali,” katanya.
Mendengar nada bicaranya, aku jadi tahu kalau dia tak bermaksud menghina tapi malah memberi perhatian. Aku tak mau meladeni perkataaannya. Aku cuek dan melanjutkan makan ramen. Dia diam menatapku sinis, sedetik kemudian dia pergi. Setelah aku makan ramen, aku bermaksud untuk pergi ke kelas. Donghae tiba-tiba menggandeng tanganku membawaku ke depan UKS.
“ Kau sudah temukan buktinya?” tanyanya padaku.
“ Apa? Kau tahu kalau aku menyelidiki masalah ini?”
“ Tentu saja aku tahu, Hoonra dan Yesung jarang terlihat. Kau juga diam-diam mengikutiku kemana-mana. Aku juga sering lihat kau menguntit Yesung. Kau ini bukan detektif  yang profesional,” kata Donghae.
“ Hm, iya. Kami memang sedang dalam penyelidikan. Kami tak mau diam saja dan menunggu band ini sampai bubar. Kami belum bisa memihak salah satu dari kalian.”
“ Aku mohon kau bisa percaya, walau yang lain tak akan percaya tolong percayalah padaku,”
“ Aku percaya padamu, tapi mungkin bisa berubah setelah aku tahu kebenarannya. Dan,... aku mau tanya sesuatu hal padamu, kenapa kau menyuruhku mempercayaimu padahal kau sendiri selalu menjauh dariku.”
Dia diam dan tak mampu menjawab pertanyaanku. Aku pergi, aku tak mau terpengaruh kata-katanya sebelum aku tahu kenyataannya.
***
Hari ini adalah hari terakhir sebelum rekaman, seharusnya kami melakukan latihan dan gladi bersih. Jangankan gladi bersih, berkumpul saja kami tidak. Hari ini Hyunmi masuk sekolah, aku pun langsung menyergapnya.
“ Hyunmi? Kemana saja kau? 13Hour sedang ada di ujung tanduk, kau malah menghilang begitu saja.”
“ Aku,... Aku minta maaf aku harus mengantarkan ibuku operasi ke Beijing. Ibuku ternyata harus melakukan pengangkatan tumor di otaknya,” ia menangis, “ aku tak tahu harus berbuat bagaimana lagi.”
“ Aku tak bermaksud, maaf,” aku memeluknya berusaha menenangkannya.
Kami berjalan menuju kelas, di kelas tak ada seorang pun. Di sini ia menjelaskan semuanya padaku tentang penyakit ibunya, keadaan ekonomi keluarganya, dan kasus pembocoran lagu itu. Dia menceritakan semua itu sambil menangis.
“ Aku lakukan semua itu karena aku membutuhkan uang untuk biaya operasi ibuku, sebenarnya sempat aku tanggalkan niatku untuk melakukan ini. Tapi setelah aku mengalami radang pita suara dan kau yang menggantikanku, aku jadi tak rela dan iri padamu. Aku jadi tak ingin kau menyanyikan lagu ini. Akhirnya aku jual lagu ini pada band lain.”
“ Apa!” seru Yesung. Dia ternyata sedari tadi berdiri di balik pintu mendengarkan percakapan kami, “Hyunmi, apa kau sudah gila? Teganya kau melakukan ini, lebih lagi kau tega membohongiku.”
“ Yesung, maafkan aku. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk menebus semua kesalahanku ini,” jawab Hyunmi.
Kemudian muncul Donghae, Hoonra, dan Sungmin. Mereka tahu apa yang kami bicarakan. Fakta sudah terungkap. Tinggal bagaimana kami menyikapinya. Hyunmi sudah minta maaf dan dia bilang mau memperbaiki kesalahannya.
“ Akan aku lakukan apapun untuk menebus kesalahanku,” kata Hyunmi
Semua terlihat memikirkan cara termudah untuk dilakukan Hyunmi untuk menebus kesalahannya.
“ Baiklah, Hyunmi. Apa kau mau membantu kami membuat lagu untuk rekaman besok. Kami harus deadline hari ini. Belum lagi latihan dan gladi bersih. Sekarang masih pagi dan pelajaran belum dimulai, lebih baik kita buat surat keterangan dispensasi. Lalu, kita kerjakan lagu baru ini, aku sudah temukan nadanya, bantu aku membuat lirik. Kita harus bekerja sama kali ini,” kata Donghae dengan optimis.
Semua memberi respon positif. Kami lalu membuat surat dispensasi dan pergi ke basecamp dimana kami biasa latihan. Donghae mencoba nadanya, giliran Hoonra mencatat nada-nada itu. Dalam pembuatan lirik semua ikut ambil andil, tak terkecuali aku. Liriknya bertemakan perjalanan sekelompok anak muda yang berusaha meraih cita-citanya. Masing-masing dari kami mencoba itu dengan bagian masing-masing. Donghae dengan gitarnya, Hoonra dengan keyboardnya, Yesung dengan bassnya, Sungmin dengan drumnya, dan aku dengan vokalku. Hyunmi menyemangati kami dengan sepenuh hati. Kurasa ini adalah saat kebahagiaan yang terindah saat kami bersama-sama.
Sepanjang jalan, jalan berbatu tapi jalan yang penuh warna dalam menempuh impian,....
Ini adalah lirik lagu terakhir kami, yang menyiratkan suatu harapan yang besar. Kami sadari dalam meraih cita-cita pasti penuh dengan rintangan dan halangan. Tapi jika kita menjalani perjalanan itu bersama sahabat, semua pasti akan berbuah indah.
***
FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar