Senin, 16 Januari 2012

Sepanjang Jalan

Pagi ini tampak berkabut, apalagi ditambah mendung membuat suasana makin dingin. Hal ini membuatku malas ke sekolah. Setengah hati rasanya meninggalkan kamarku yang nyaman. Tapi aku harus pergi ke sekolah, Kevin sudah menjemputku. Aku tak mau membuat dia menunggu lama. Jadi, aku bergegas ke luar rumah dan berangkat.
            “ Maaf agak lama, aku tadi agak terlambat bangun,” kataku sambil naik ke motornya.
“ Ok, ayo cepat berangkat. Dingin sekali di sini, jangan lupa pakai helmmu dan pegangan erat-erat,” katanya sebelum tancap gas.

            Syukurlah dia memaklumi keterlambatanku, lega rasanya. Oh ya, Kevin adalah teman baikku, dia sangat baik bahkan sejak pertama kali bertemu. Dia selalu membantuku kapanku aku butuh. Dia agak pendiam, tapi jika kita sudah mengenalnya pasti kita akan tahu kalau dia adalah orang yang hangat. Hobinya bermain gitar dan mengarang lagu, selain itu ia juga suka bermain futsal. Dalam bidang akademis dia juga lumayan pintar. Bagiku dia sangat mengagumkan. Sebenarnya aku suka Kevin, sayangnya dia hanya menganggapku teman baik. Aku tidak mau merusak hubungan baik kami, jadi sudah kuputuskan untuk menyimpan perasaan ini.
            Suasana pagi ini sungguh aneh, seakan-akan mengisyaratkan akan sesuatu hal akan terjadi. Aku berharap itu hal yang baik, tapi firasatku berkata hal buruk akan terjadi. Sepanjang jalan, kami tenggelam dalam keheningan. Tak ada sepatah kata pun yang terucap. Setiap pagi biasanya selalu diawali dengan canda atau percakapan singkat yang berkesan, tapi tidak sekarang ini.
Daripada aku terus memikirkan firasat yang tak menentu ini lebih baik aku memikirkan hal yang lebih penting yakni tentang 2Our ( dibaca Two Hour ), band kami yang beranggotakan Andra, Kevin, Jenny, Deril, Suky, dan aku Rowena. Jenny, vokalis band kami sedang menderita radang pita suara. Fatal baginya untuk tetap menyanyi, padahal seminggu lagi band kami rekaman. Aku sebagai Super Visor ( pendukung ) dan Manager 2Our merasa pusing tujuh keliling memikirkan masalah ini. Lalu Kevin selaku leader menunjukku sebagai vokalis pengganti, keputusan ini telah disepakati yang lain termasuk Jenny sendiri.
Aku sendiri tak percaya dengan kemampuan vokalku. Karena Kevin yang memintaku, akhirnya aku mau. Dia bilang aku pasti bisa, jadi aku tak mau menyia-nyiakan kepercayaaannya. Mati-matian aku mempelajari lagu ini. Yang lain juga membantuku mempelajari lagu ini mulai dari pitch, tempo, nada, maupun penghayatannya.
***
Sesampainya di gerbang sekolah, kami berhenti. Aku turun dan Kevin bilang mau parkir dulu.
“ Yap, stop. Kita berhenti di sini,” ujarnya.                      
“ Aku turun,” sahutku.
“ Aku parkir dulu, masuklah,” kata Kevin, ia berlalu begitu saja.
.           Aku berjalan menuju kelas. Di pintu, ada Andra berdiri sendirian.
            “ Hai, selamat pagi, Ndra,” sapaku.
            “ Ouh, iya pagi, Rowena,” jawabnya terkaget.
            Aku membuyarkan lamunannya. Entah apa yang sedang ia pikirkan, pasti itu hal yang serius. Hmm, lupakan. Itu bukan urusanku. Aku meneruskan langkahku. Tiba-tiba ia menghentikan langkahku.
“ Row, bisa kita bicara sebentar. Ini penting, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan,” dia menghalangi pintu, menghalau aku lewat. Aku sontak kaget. Tapi aku segera tenangkan diri dan penuhi apa yang dia inginkan.
“ Ada apa? Sepertinya penting?” tanyaku.
“ Ini penting, bahkan gawat,” tegasnya dengan nada tinggi.
Melihat dia serius aku menanggapi dengan serius, “apa  maksudmu sebenarnya?”
“ Band kita, 2Our akan dianggap plagiat! Lagu kita sudah bocor, aku dengar sudah ada band lain yang rekaman dengan lagu kita,” terangnya.
“ Apa?!”, sungguh aku tak percaya. Aku perlu mencubit pipiku untuk percaya.
Sejenak kami terdiam. Masing-masing pikiran kami berlari entah kemana. Aku tak percaya dengan apa yang terjadi dengan 2Our. Andra juga kelihatan kesal sekali. Mudah-mudahan takkan terjadi apa-apa. Andra mengawali perbincangan lagi.
“ Row?”, dia mendekat ke hadapanku, “aku mohon kamu mau jujur”, kini dia memegang tanganku dan hatiku langsung berdebar-debar. Apalagi yang akan dia katakan? “Apa kamu yang bocorkan lagunya? Katakan saja yang sejujurnya, ini kamu lakukan karena Kevin yang menyuruhmu bukan? Tak usah takut, jika kamu mau jujur aku mau saja melindungimu.”
Aku yang masih belum percaya dengan kasus plagiatisme tadi sekarang harus dihadapkan dengan pertanyaan seperti ini? Apalagi langsung dituduh sebagai tersangka, juga Kevin dibawa-bawa dalam masalah ini. Aku syok setengah mati, tak bisa berkata-kata sama sekali.
Tiba-tiba Kevin muncul dan langsung melepas tangan Andra dari tanganku. “ Ayo masuk!” katanya sambil menarikku masuk kelas.
“ Hei!,” teriak Andra yang berjalan menyusul kami, “ kau, berhenti!”
Bboookkk!!! Andra memukul muka Kevin. Sekilas kulihat ada darah di sudut bibirnya. Dia jatuh terduduk di lantai. Andra memegang kerah Kevin erat-erat. Satu tangannya mengepal siap memukul Kevin lagi. Aku tak bisa apa-apa. Mataku terus terbelalak melihat peristiwa ini. Akhirnya aku sudah tidak kuat lagi melihat mereka berkelahi, terlebih Kevin tidak membalas sama sekali pukulan Andra. “ Stop!”, teriakku sambil melerai mereka sebisanya. Tanganku memegang lengan Andra mencegah pukulannya ke Kevin.
Tapi Andra mengibaskan tangannya, membuatku terjatuh. “ Row!”, Kevin bangkit dan memukul Andra. Lalu ia menghampiriku dan membantuku berdiri. Kevin melihat apa aku tidak apa-apa. Lalu ia menatap tajam Andra dan berkata, “ kalau kau punya masalah denganku jangan bawa-bawa dia. Dia tak ada hubungannya sama sekali. Camkan itu!”
Andra terdiam di tempatnya, ia terlihat menyesal. Kulihat wajah Kevin, wajahnya babak belur. Ada beberapa luka berdarah, juga ada luka memar berwarna biru. Andra mengakhiri kediamannya, “Row? Kamu tak apa-apa? Maafkan aku.”Entah bagaimana bisa sebentar saja dilerai mereka berkelahi lagi. Kali ini Kevin tak mau mengalah. Sepertinya ia mau membalas pukulan-pukulan Andra. Aku tak tahu lagi harus berpikir bagaimana caranya memisahkan mereka. Untungnya, Suky dan Deril segera muncul dan memisahkan mereka. Suky dan aku memegang Kevin. Sedangkan Deril memegang Andra.
“ Kakak! Sudah Kak jangan berkelahi lagi!” kata Suky yang juga adik sepupu Kevin.
“ Benar, hei Andra! Jangan mudah terpancing emosi,” Deril menambahkan.
“ Lepaskan aku, aku mau memukul pengkhianat itu!,” seru Andra.
Kevin hanya tersenyum kecut, dia melepaskan pegangan kami lalu berjalan begitu saja. Aku tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dan entah mengapa aku tak ingin pergi menyusul Kevin, mungkin dia perlu waktu untuk sendiri. Tak pernah aku melihatnya seperti ini. Seakan yang sekarang ini bukan Kevin tapi Kevin yang lain. Aku tak tahu dia bisa bersikap seperti ini. Tadinya aku pikir ia akan diam saja dan tak membalas pukulan Andra hingga perkelahian ini tak perlu terjadi. Aku curiga bila dia menyembunyikan sesuatu. Mungkin saja tuduhan Andra tadi benar.
“ Sebenarnya apa masalahnya?” tanya Deril.
Andra angkat bicara.
“ Kalian harus tahu, dia menjual lagu ciptaannya untuk 2Our pada band lain demi kepentingannya sendiri. Dan ia menyuruh seseorang perempuan untuk menjual lagunya. Setelah kuselidiki ternyata perempuan itu adalah anggota 2Our juga. Hanya ada 3 kemungkinan siapa orang itu, karena hanya ada 3 anggota 2Our perempuan, yakni Jenny, Suky, dan Rowena. Aku sudah bertanya pada Jenny, dan hasilnya bukan dia yang bocorkan lagu itu. Sekarang hanya tinggal kalian berdua, jadi mengakulah.”
Semua masih tak percaya dengan pernyataan Andra itu. Merasa tak ada tanggapan, Andra kesal dan pergi begitu saja. Kami bertiga hanya terdiam untuk mencoba memahami keadaan. Jadi, sekarang masalahnya sudah mulai terlihat jelas. Lagu 2Our berjudul Easy telah bocor, diduga pelakunya adalah Kevin. Kevin menyuruh salah seorang personil perempuan 2Our untuk menjual lagu itu. Tapi ini hanya dugaan, aku takkan percaya kalau Kevin melakukan perbuatan seperti ini. Coba pikir, untuk apa Kevin berbuat seperti ini. Tak ada untung baginya.
Aku dan Suky tidak merasa telah melakukan perbuatan itu. Sekarang tinggal memastikan sendiri apakah Jenny jujur tidak menjual lagu ini. Sayangnya, Jenny tidak muncul di sekolah sama sekali hari ini, sampai pelajaran terakhirpun Andra dan Kevin tak muncul di kelas. Keadaan tak akan membaik bila kita tidak berkumpul dan menyelesaikan masalah ini. Selain itu, aku juga berpikir bagaimana caraku pulang hari ini karena tak ada Kevin. Mungkin dia telah pulang dari tadi pagi. Jadi firasatku benar, hari ini memang ada hal buruk terjadi. Besok apalagi? Apa besok keadaan akan jauh lebih baik atau sebaliknya?
***
            “ Mam, aku pulang,” kataku lesu. Bagaimana tidak? Aku tadi pulang naik bus, aku harus berjalan jauh untuk sampai halte terdekat dari sekolahan. Jarak pemberhentian juga lumayan jauh dari rumahku, terpaksa aku naik ojeg. Sesampainya di rumah malah kena ranjau kucing adikku ( maksudnya kotoran kucing ). Aku kesal, jadi langsung aku pergi ke kamar untuk ganti baju dan segera tidur. Siapa tahu bisa mengurangi beban pikiranku.
            Sekitar 5 menit aku memejamkan mata, mamah memanggilku.
            “ Rowena! Ada Kevin pengen ketemu kamu nih.”
“ Males mah, bilang aja aku tidur. Aku gak mau di ganggu!” kataku, entah mamah dengar atau tidak, yang pasti mamah tidak memanggilku lagi.
Dalam hitungan menit, aku sudah terlelap.
“ Percaya sama aku, bukan aku yang menjual lagu itu. Apa kamu bisa percaya aku?” tanya Kevin.
“ Aku masih bingung, tapi apa hakku untuk percaya sama kamu?” jawabku.
“ Tentu kamu berhak, dari dulu hati ini punya kamu. Jadi percayalah. Aku akan tunjukkan siapa yang sebenarnya salah. Sebelum masalah ini selesai, apapun yang akan terjadi nanti kamu tetap percaya aku kan?” ujarnya sunguh-sunguh.
HP-ku berdering, aku bangun. Uh, ternyata semua tadi hanya mimpi. Coba kalau sungguhan pasti aku bisa percaya sama Kevin. Percaya 100% malahan. Kulihat HP-ku. Ada 6 SMS dari Kevin.
Jangan salah paham,...
Lalu,Maaf aku tidak bisa mengantar kamu pulang,...
Lalu,           
Apa kamu udah pulang? Aku ke rumahmu ya?
Lalu,
Aku tahu kamu di kamar, aku dengar kamu tak mau ketemu sama aku. Tapi kenapa kamu gak mau ketemu sama aku?
Lalu,
Kamu marah?
Plis, maafin aku,...
Lalu,
Aku pengen ketemu kamu, datang ke taman sore ini, aku akan nunggu kamu sampai kamu datang
Hah? Mataku langsung melek, dia nunggu aku di taman? Aku lihat jam, sekarang sudah jam 7 malam. Tanpa peduli mandi, aku langsung saja mengambil sweater dan naik sepeda ke taman. Di tengah perjalanan, aku berpikir kenapa aku mau saja pergi ke taman. Mungkin Kevin sudah pulang. Aku mengecek HP dan tak ada SMS dari dia. Tapi rasanya ingin aku pergi ke taman.
Sampai di taman aku berjalan pelan-pelan. Dia berdiri di bawah tiang lampu. Mukanya kusut, mungkin ia benar-benar sudah menunggu lama. Aku tidak ingin bertemu dengannya. Jadi, kubuka HP dan aku mengirimnya SMS bilang jika percuma  dia menunggu karena aku tak akan datang. Kulihat dia membuka SMS dariku, dia langsung berjalan pergi, lega juga dia sudah pergi. Tapi aku sedikit kecewa karena dia tidak mau menungguku lebih lama.
“ Oh iya! Aku lupa, sepeda adikku kuletakkan di pintu masuk. Kevin pasti akan tahu. Mati aku!” seruku dalam hati.
Aku mau pergi ke pintu masuk. Tapi aku baru saja berbalik dan di hadapanku sudah ada Kevin yang terengah-engah. Mungkin dia berlari ke sini. Aku mau lari, tapi dia mengejarku dan menahanku pergi.
“ Kenapa kamu menghindar? Kamu marah? Plis, jangan salah paham,” ujarnya.
Aku tak menjawab, lidahku membatu.
“ Percaya sama aku, bukan aku yang menjual lagu itu. Apa kamu bisa percaya aku?” tanya Kevin.
“ Aku masih bingung, tapi apa hakku untuk percaya sama kamu?” jawabku.
“ Tentu kamu berhak, dari dulu hati ini punya kamu. Jadi percayalah. Aku akan tunjukkan siapa yang sebenarnya salah. Sebelum masalah ini selesai, apapun yang akan terjadi nanti kamu tetap percaya aku kan?” ujarnya sunguh-sunguh.
Wow, aku baru sadar kalau mimpiku langsung jadi kenyataan.
 “ Iya, aku bisa percaya sama kamu,”jawabku.
Kevin kelihatan senang sekali dan dia langsung memelukku.
“ Tapi,.... biarkan aku cari kebenarannya. Jawabanku mungkin bisa berubah,” kataku.
Jadi selama ini Kevin juga punya perasaan yang sama sepertiku, aku sungguh senang sekali.
***
            Keesokan harinya, ternyata keadaan tak berubah menjadi lebih baik. Terjadi perang dingin antara Kevin dan Andra. Mereka tak bertegur sapa atau saling bicara satu sama lain. Aku, Suky, dan Deril sepakat akan menyelidiki masalah ini dan menyelesaikannya. Hari ini, Jenny masih belum hadir, dia mengirim surat keterangan sakit. Kami harus mulai menumpulkan fakta-fakta. Tugas dibagi menjadi tiga, Suky pergi mencari Jenny, Deril mencari keterangan dari dapur rekaman band yang menggunakan lagu 2Our, dan aku sendiri akan memastikan bahwa Andra dan Kevin tak akan berkelahi lagi. Selain itu aku harus mengutip keterangan mereka masing-masing untuk tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.
            Dua hari berselang, keadaan masih sama saja, aku mulai bosan mengawasi Andra dan Kevin. Jenny masih belum masuk sekolah, kata Suky dia telah pergi ke luar negeri, mungkin kembalinya masih lama. Laporan dari Deril menyatakan bahwa benar adanya ada anggota perempuan dari 2Our yang menjual lagu itu. Untuk menyelesaikan masalah ini satu-satunya jalan adalah dengan menemui Jenny, tapi kami tak tahu Jenny ada dimana.
            Aku tengah mengawasi Kevin dari jauh, dia sedang makan di kantin. Ah, sial! Perutku keroncongan, aku tadi belum sempat sarapan karena harus mengejar bus pagi untuk ke sekolah. Memang semenjak hari itu Kevin tak lagi menjemputku, mau tidak mau aku harus ke sekolah naik bus. Parahnya lagi Kevin tak mau menghubungiku lagi semenjak kami bertemu di taman. Apa maunya yang sebenarnya aku tak tahu. Dia bilang aku harus percaya padanya. Tapi dia malah mengacuhkanku seperti ini. Kulihat lagi dia, dia sudah tidak ada. Aku malas mencarinya, lebih baik aku sarapan dulu.
            “ Bu, aku pesen baksonya satu!”
“ Iya neng, ini,” jawab Bu Ani penjual bakso di kantin sambil mengulurkan semangkuk bakso padaku.
            Kantin siang ini sangat ramai, hampir semua tempat duduk penuh. Ada bangku terdekat yang kosong, tapi Andra ternyata di situ sedang menyantap baksonya. Aku lalu duduk di sampingnya. Dia bergeser sedikit untuk memberi aku tempat duduk.
“ Belum sarapan?” tanyanya padaku.
“ Iya, belum,” jawabku.
“ Kamu pasti harus berangkat pagi-pagi supaya tidak ketinggalan bus, ya? Aku tadi tak sengaja melihat kamu turun dari bus. Kayaknya Kevin sudah nggak peduli lagi sama kamu, kasihan sekali,” katanya.
Mendengar nada bicaranya, aku jadi tahu kalau dia tak bermaksud menghina tapi malah memberi perhatian. Aku tak mau meladeni perkataaannya. Aku cuek dan melanjutkan makan bakso. Dia diam menatapku sinis, sedetik kemudian dia pergi. Setelah aku makan bakso, aku bermaksud untuk pergi ke kelas. Kevin tiba-tiba menggandeng tanganku membawaku ke depan UKS.
“ Kamu sudah temukan buktinya?” tanyanya padaku.
“ Apa? Kamu tahu kalau aku menyelidiki masalah ini?”
“ Tentu saja aku tahu, Suky dan Andra jarang terlihat. Kamu juga diam-diam mengikutiku kemana-mana. Aku juga sering lihat kamu menguntit Andra. Kamu ini bukan detektif  yang profesional,” kata Kevin.
“ Hm, iya. Kami memang sedang dalam penyelidikan. Kami tak mau diam saja dan menunggu band ini sampai bubar. Kami belum bisa memihak salah satu dari kalian.”
“ Aku mohon kamu bisa percaya, walau yang lain tak akan percaya tolong percayalah padaku,”
“ Aku percaya sama kamu, tapi mungkin bisa berubah setelah aku tahu kebenarannya. Dan,... aku mau tanya sesuatu hal sama kamu, kenapa kamu menyuruh aku percaya sama kamu padahal kamu sendiri menjauh dari aku.”
Dia diam dan tak mampu menjawab pertanyaanku. Aku pergi, aku tak mau terpengaruh kata-katanya sebelum aku tahu kenyataannya.
***
Hari ini adalah hari terakhir sebelum rekaman, seharusnya kami melakukan latihan dan gladi bersih. Jangankan gladi bersih, berkumpul saja kami tidak. Hari ini Jenny masuk sekolah, aku pun langsung menyergapnya.
“ Jenny? Kemana saja kamu? 2Our sedang ada di ujung tanduk, kamu malah menghilang begitu saja.”
“ Aku,... Aku minta maaf aku harus mengantarkan ibuku operasi di Singapura. Ibuku ternyata mengidap kanker darah stadium akhir,” ia menangis, “ aku tak tahu harus berbuat bagaimana lagi.”
“ Aku tak bermaksud, maaf,” aku memeluknya berusaha menenangkannya.
Kami berjalan menuju kelas, di kelas tak ada seorang pun. Dia menjelaskan semuanya padaku tentang penyakit ibunya, keadaan ekonomi keluarganya, dan kasus pembocoran lagu itu. Dia menceritakan semua itu sambil menangis.
“ Aku lakukan semua itu karena aku membutuhkan uang untuk biaya operasi ibuku, sebenarnya sempat aku tanggalkan niatku untuk melakukan ini. Tapi setelah aku mengalami radang pita suara dan kamu yang menggantikanku, aku jadi tak rela dan iri sama kamu. Aku jadi nggak pengen kamu menyanyikan lagu ini. Akhirnya aku jual lagu ini sama band lain.”
“ Apa!” seru Andra. Dia ternyata sedari tadi berdiri di balik pintu mendengarkan percakapan kami, “Jenny, apa kamu sudah gila? Teganya kamu melakukan ini, lebih lagi kamu tega bohongi aku.”
“ Andra, maafin aku. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk menebus semua kesalahanku ini,” jawab Jenny.
Kemudian muncul Kevin, Suky, dan Deril. Mereka tahu apa yang kami bicarakan. Fakta sudah terungkap. Tinggal bagaimana kami menyikapinya. Jenny sudah minta maaf dan dia bilang mau memperbaiki kesalahannya.
“ Akan aku lakukan apapun untuk menebus kesalahanku,” kata Jenny
Semua terlihat memikirkan cara termudah untuk dilakukan Jenny untuk menebus kesalahannya.
“ Baik, Jenny apa kau mau membantu kami membuat lagu untuk rekaman besok. Kami harus deadline hari ini. Belum lagi latihan dan gladi bersih. Sekarang masih pagi dan pelajaran belum dimulai, lebih baik kita buat surat keterangan dispensasi. Lalu, kita kerjakan lagu baru ini, aku sudah temukan nadanya, bantu aku membuat lirik. Kita harus bekerja sama kali ini,” kata Kevin dengan optimis.
Semua memberi respon positif. Kami lalu membuat surat dispensasi dan pergi ke basecamp dimana kami biasa latihan. Kevin mencoba nadanya, giliran Suky mencatat nada-nada itu. Dalam pembuatan lirik semua ikut ambil andil, tak terkecuali aku. Liriknya bertemakan perjalanan sekelompok anak muda yang berusaha meraih cita-citanya. Masing-masing dari kami mencoba itu dengan bagian masing-masing. Kevin dengan gitarnya, Suky dengan keyboardnya, Andra dengan bassnya, Deril dengan drumnya, dan aku dengan vokalku. Jenny menyemangati kami dengan sepenuh hati. Kurasa ini adalah saat kebahagiaan yang terindah saat kami bersama-sama.
Sepanjang jalan, jalan berbatu tapi jalan yang penuh warna dalam menempuh impian,....
Ini adalah lirik lagu terakhir kami, yang menyiratkan suatu harapan yang besar. Kami sadari dalam meraih cita-cita pasti penuh dengan rintangan dan halangan. Tapi jika kita menjalani perjalanan itu bersama sahabat, semua pasti akan berbuah indah.

1 komentar: